Ternyata generasi milenial rentan penipuan online

Oleh: Nur Chandra Laksana - Rabu, 19 Maret 2025 18:03

Dalam sebuah penelitian terbaru, 70% milenial jarang memverifikasi identitas online yang akhirnya meningkatkan risiko penipuan digital.

Generasi milenial dikenal sebagai penduduk asli digital, namun banyak dari mereka yang masih mudah tertipu dalam interaksi online. Sebuah penelitian mengungkap bahwa 70% milenial jarang memverifikasi keaslian identitas orang yang mereka temui secara daring, membuat mereka lebih rentan terhadap penipuan identitas, misinformasi, dan manipulasi digital.

Meskipun 64% milenial pernah menghadapi seseorang yang menyamar di internet, hampir separuh dari mereka masih mempercayai informasi yang beredar di komunitas digital mereka. Fenomena ini menunjukkan bahwa kepercayaan digital mereka tidak selalu sejalan dengan kesadaran akan keamanan siber.

Psikolog Siber, Ruth Guest mengatakan bahwa rasa percaya diri yang berlebihan terhadap kemampuan digital bisa berbahaya. Beberapa individu dengan sifat manipulatif atau psikopat dapat mengeksploitasi kepercayaan ini untuk menipu dan memanipulasi korban.

“Ruang digital telah berevolusi menjadi tempat yang aman dan kreatif tempat generasi milenial dapat menjelajahi, belajar, dan terhubung dengan individu yang berpikiran sama. Jika digunakan dengan bijak dan dengan perlindungan yang tepat, media sosial dapat menjadi aset yang luar biasa bagi kesehatan mental seseorang. Media sosial menawarkan platform untuk mengekspresikan diri, rasa memiliki, dan bahkan inspirasi kreatif. Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat komunitas daring ini bergantung pada upaya menjaga keseimbangan,” papar Ruth.

Di samping itu, media sosial juga meningkatkan risiko privasi, dengan 45% milenial merasa nyaman berbagi informasi pribadi secara daring. Hal ini membuka peluang bagi peretas untuk melakukan phishing, pencurian identitas, atau doxing, dengan memanfaatkan data seperti lokasi check-in, status hubungan, hingga informasi pekerjaan.