Telegram diserang hacker karena dipakai demonstran Hong Kong

Oleh: Lalu Ahmad Hamdani - Jumat, 14 Jun 2019 14:51 WIB

Pendiri Telegram Pavel Durov mengatakan serangan cyber besar-besaran pada layanan pesanny, Telegram, berasal dari Cina.

Pada hari Rabu (12/6), Telegram mengkonfirmasi bahwa pihaknya menderita serangan Distributed Denial of Service (DDos) "kuat" yang mengganggu layanan selama sekitar satu jam. Dalam serangan DDos, peretas membanjiri server target dengan permintaan sampah.

Serangan terjadi, ketika para pemrotes di Hong Kong menggunakan Telegram untuk mengoordinasikan demonstrasi. Demonstrasi ini sendiri terkait rencana untuk memungkinkan ekstradisi ke Cina.

Dalam sebuah posting di Twitter, Telegram mengatakan gangguan itu mempengaruhi pengguna di Amerika dan "negara-negara lain". Mr Durov kemudian menuliskan cuitan di akun Twitter pribadinya, menerangkan bahwa alamat IP yang terlibat dalam serangan itu sebagian besar berasal dari Cina.

Administrator Cyberspace Cina, yang mengawasi kebijakan cyber negara itu, belum berkomentar, seperti dikutip dari BBC (14/6).

Telegram merupakan aplikasi perpesanan yang memungkinkan orang untuk mengirim pesan terenkripsi, baik berupa dokumen, video dan gambar. Pengguna dapat membuat grup hingga beranggotakan 200 ribu orang di dalamnya. Telegram juga menyediakan saluran untuk penyiaran ke pemirsa yang tidak terbatas.