Skenario terburuk bagi Huawei mulai terjadi

Oleh: Hieronimus Patardo - Kamis, 23 Mei 2019 10:02 WIB

Dampak keputusan pemerintah AS untuk mencekal Huawei mulai meluas. Kini, perusahaan pengembang arsitektur desain chip, ARM mulai membatasi diri dengan Huawei.

Source: Google

Kebijakan Amerika untuk mencekal Huawei akhirnya berbuntut panjang. Karena kebijakan itu, perusahaan pemasok komponen asal Amerika dilarang untuk berbisnis dengan Huawei. Bahkan raksasa teknologi Google pun akhirnya memutus hubungan bisnis dengan perusahaan asal Cina tersebut.

Kini skenario terburuk mulai muncul ke permukaan. Perusahaan pengembang chip prosesor pun akhirnya menangguhkan bisnisnya dengan Huawei. Padahal, Huawei sangat bergantung pada ARM untuk arsitektur desain chip prosesor Kirin miliknya. Dengan begini, mimpi Huawei untuk tetap memproduksi chipset Kirin bakal kandas di tengah jalan.

Wajar saja bila perusahaan asal Amerika Serikat terikat dengan kebijakan pemutusan bisnis dengan Huawei, namun tidak dengan ARM. Perusahaan ini berbasis di Inggris dan dimiliki oleh SoftBank Group asal Jepang. Kendati begitu, pemutusan hubungan tetap dilakukan oleh perusahaan pengembang arsitektur desain chip ini.

TheVerge (23/5) melaporkan bahwa pemutusan ini merupakan dampak yang lebih luas dari kebijakan Amerika Serikat. Dalam sebuah memo yang diterbitkan untuk para pegawainya, ARM akhirnya mengungkapkan bahwa desain chip miliknya masuk dalam “teknologi asal Amerika Serikat”. Kendati berbasis di Inggris dan dimiliki perusahaan Jepang, ARM justru mengembangkan beberapa desain prosesornya di Austin, Texas dan San Jose, California yang semuanya berada di Amerika Serikat. Karena hal itu pulalah, kebijakan Amerika Serikat mau tak mau mempengaruhi desain prosesor yang dikembangkan ARM.

“ARM mematuhi pembatasan terbaru yang ditetapkan oleh pemerintah AS dan sedang melakukan percakapan dengan badan pemerintah AS yang sesuai untuk memastikan kami tetap patuh.” kata seorang juru bicara ARM, seperti dilaporkan TheVerge. Dalam laporan itu juga diungkapkan bahwa ARM berharap dapat menemukan solusi yang cepat untuk menangani masalah ini.