Pengguna medsos di Asteng gemar pakai akun anonim

Oleh: Lely Maulida - Rabu, 09 Des 2020 12:11 WIB

Survei terbaru berjudul "Digital Reputation" yang dilakukan oleh Kaspersky menunjukkan bahwa banyak orang memiliki akun anonim online.

Source: Pexels

Survei terbaru berjudul "Digital Reputation" yang dilakukan oleh Kaspersky menunjukkan bahwa banyak orang memiliki akun anonim online. Lebih dari 3 dari 10 pengguna media sosial di Asia Pasifik (APAC) mengaku memiliki profil media sosial tanpa nama asli, foto, dan informasi identitas pribadi (PII). Dilakukan baru November lalu di antara 1.240 responden dari wilayah tersebut, penelitian menunjukkan bahwa kekuatan anonimitas paling banyak digunakan di Asia Tenggara (Asteng) sebesar 35% diikuti oleh Asia Selatan sebesar 28% dan Australia sebesar 20%.

Platform yang paling banyak digunakan oleh pengguna yang ingin menjaga identitasnya adalah Facebook (70%), YouTube (37%), Instagram (33%), dan Twitter (25%). Meskipun mungkin tidak terdengar seperti hal yang umum, penggunaan "profil tanpa nama dan wajah" memiliki dua persepsi. Hasil survei mengungkap bagaimana kenyataan ini memungkinkan individu untuk mengejar hasrat mereka dan memanfaatkan kebebasan berbicara tetapi pada saat yang sama juga untuk melakukan aktivitas yang berbahaya dan merugikan.

Hampir setengah (49%) dari yang disurvei menyatakan mereka menggunakan akun anonim untuk memanfaatkan kebebasan berbicara tanpa memengaruhi reputasi mereka. Sementara 48% lainnya ingin mencurahkan kepentingan dan minat rahasia mereka tanpa diketahui oleh sesama teman atau kolega.
Lebih dari seperempat (34%) juga menggunakan akun anonim untuk menentang argumen seseorang atau berita online tanpa menggunakan identitas asli. Walaupun survei juga menunjukkan 30% orang menggunakan akun media sosial anonim untuk aktivitas yang cukup tidak berbahaya seperti berbagi informasi tentang kesukaan dan artis favorit mereka, dan 22% juga terlibat dalam stalking online.

Hanya sebagian kecil (3%) yang melaporkan menggunakan akun anonim untuk menangkis email spam dari akun asli, menghindari doxing, berfungsi sebagai alternatif untuk tujuan lain seperti bermain game, dan mencegah pihak eksternal memiliki akses ke akun email asli mereka.

Inti dari temuan ini adalah bahwa konsumen di Asia Pasifik kini semakin menyadari reputasi yang mereka bangun secara online dan pentingnya reputasi tersebut bagi kehidupan nyata mereka. Atas alasan tersebut, tidak mengherankan jika 49% responden akan mengecek akun media sosial suatu merek atau perusahaan sebelum membeli barang atau jasanya.