Harga komponen yang terjangkau, bikin IoT jadi masif di Indonesia

Oleh: Lely Maulida - Kamis, 11 Jul 2019 15:49 WIB

Untuk menyiasati harga perangkat IoT, Hendra mengusulkan agar perangkat tersebut dirancang di Tanah Air, sebagaimana skema Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

(Foto: Lely Maulida/Tek.id)

Sejumlah perusahaan di Indonesia mulai mengimplementasikan Internet of Things (IoT) meski dalam skala yang kecil. Agar implementasi IoT semakin masif, diperlukan efisiensi harga akan perangkat IoT. Demikian penuturan Hendra Sumiarsa, VP Business Dev IoT & Smart City Indosat Ooredoo dalam konferensi Asia IoT Business Platform (AIBP).

Menurut Hendra, harga perangkat IoT harganya cukup mahal. Apalagi ketika perangkat tersebut mencapai kebutuhan yang tinggi. "Agar IoT masif, harganya harus terjangkau. Supaya terjangkau, harus ada kapasitas industri dalam negeri. Sensor-sensor dari luar negeri itu mahal," kata Hendra.

"Kita pernah coba ngetes-ngetes jaringan IoT dengan perangkat IoT yang terpaksa beli dari vendor. Misalnya meter air digital harganya beberapa ratus ribu karena tidak terkoneksi. Tapi begitu ada modul komunikasi, harganya jadi dua juta," ujarnya.

Untuk menyiasati harga perangkat IoT, Hendra mengusulkan agar perangkat tersebut dirancang di Tanah Air, sebagaimana skema Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang diterapkan pada smartphone 4G.

"Misalnya bikin casing di dalam negeri, power-nya, baterainya buatan dalam negeri, di produksi massal. Harganya jadi murah," ujarnya.