Sengkarut Huawei dan perang dingin baru

Oleh: Insaf Albert Tarigan - Senin, 27 Mei 2019 16:00 WIB

Benarkah hukuman pemerintah Amerika Serikat terhadap Huawei merupakan penanda bahwa dunia sudah memasuki era baru perang dingin?

Huawei P30 Lite (Erlan/tek.id)

Tim Culpan dari Bloomberg, pekan lalu, menyatakan Perang Dingin Teknologi telah dimulai setelah pemerintahan Donald Trump melarang perusahaan-perusahaan yang dipandang sebagai ancaman keamanan untuk berjualan ke Amerika Serikat, dan memblokir perusahaan-perusahaan AS untuk menjual ke Huawei tanpa izin tertulis dari pemerintah.

Dia menulis, "Kita sekarang dapat mengharapkan Cina untuk menggandakan upaya guna meluncurkan sistem operasi smartphone buatan sendiri, merancang chip sendiri, mengembangkan teknologi semikonduktornya sendiri (termasuk alat desain dan peralatan manufaktur), dan menerapkan standar teknologinya sendiri. Ini hanya dapat mempercepat proses pembuatan tirai besi digital yang memisahkan dunia menjadi dua bidang teknologi yang berbeda dan sama-sama eksklusif."

Saya setuju dengan kesimpulan Culpan, namun dengan catatan bahwa "menggandakan upaya" itu tetap tak akan menyelesaikan persoalan dalam sehari semalam, setahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan lima tahun.

Walaupun reaksi CEO Huawei atas kebijakan AS terkesan heroik --tindakan wajar seorang CEO--, para pengamat tahu bahwa efek yang Huawei rasakan akan sangat serius, baik jangka pendek maupun menengah. Apalagi jika Huawei benar-benar menolak kooperatif sebagaimana ZTE ketika menerima sanksi yang sama dari AS, tahun 2017.

Kita tahu, tahun lalu, bos ZTE meminta maaf dan setuju membayar denda USD1 miliar karena menjual teknologi ke Iran dan Korea Utara. Selain itu, ZTE juga merombak jajaran manajemen sesuai kemauan Departemen Perdagangan AS.