Mempersenjatai media sosial: dari Rusia sampai MCA

Oleh: Insaf Albert Tarigan Nur Arifin - Kamis, 15 Mar 2018 10:30 WIB

Angkatan kelima -wacana mempersenjatai buruh dan tani di era 65- terwujud dalam bentuk lain di era media sosial. Bagaimana seluk beluknya?

Ilustrasi (Sumber: Shutterstock)

You're not real. And what? You are? Is any of it real? I mean, look at this! Look at it! A world built on fantasy. Synthetic emotions in the form of pills. Psychological warfare in the form of advertising. Mind-altering chemicals in the form of food. Brain-washing seminars in the form of media. Controlled isolated bubbles in the form of social networks. -Mr.Robot

Dunia memang tak semuram pandangan Mr.Robot yang mengibaratkannya sebagai Controlled isolated bubbles in the form of social networks. Tapi kita tak bisa membantah fakta bahwa jejaring sosial telah membuat jutaan orang hidup dalam gelembung-gelembung unik ciptaan algoritma komputer.

Salah dua dari gelembung itu sudah akrab kita lihat di media sosial: dari bani taplak sampai cebongers. Apa yang sekilas terlihat lucu-lucuan ini sebenarnya berbahaya bagi masyarakat dalam konteks lebih luas. Orang atau sekelompok orang bisa mempersenjatai media sosial untuk tujuan tertentu, baik ekonomi maupun politik. Imbasnya tak bisa diremehkan. Perbedaan pandangan kian meruncing dan bisa mengarah kepada konflik terbuka.

Amerika Serikat sudah memetik pelajaran berharga bagaimana media sosial dipersenjatai Rusia untuk mengintervensi pemilihan presiden di negara tersebut pada 2016 lalu. Di Tanah Air, kita punya kasus Saracen dan Muslim Cyber Army (MCA).

Bagaimana kelompok kriminal mempersenjatai media sosial?

Tag