Kontroversi Netflix terkait konten dan pajak

Oleh: Insaf Albert Tarigan - Rabu, 15 Jan 2020 15:05 WIB

Kontroversi seputar layanan streaming Netflix masih menjadi perdebatan di lini masa, ada yang mendukung namun ada yang menolak.

Netflix, layanan berlangganan streaming ini sudah ada sejak 29 Agustus 1997. Awalnya Netflix menyediakan layanan penyewaan DVD. Seiring menurunnya minat publik terhadap DVD dan tingginya penetrasi internet, Neflix mengubah bisnisnya menjadi layanan menonton film secara digital.

Kantor pusat Netflix ada di Los Gatos, California, Amerika Serikat. Mereka juga memiliki kantor di negara lain seperti di Belanda, Brasil, India, Jepang dan Korea Selatan.

Sejak berubah layanan dari DVD ke online, Netflix semakin menarik perhatian para penyuka film. Salah satu alasannya adalah perpustakaan film Neflix sangat lengkap. Masalahnya, Netflix juga menyediakan film yang berisi LGBT, pornografi dan SARA. Ya, ada yang pro sudah pasti ada yang menolak.

Kontroversi teranyar dari Netflix adalah film Messiah. Serial ini mengisahkan seorang pemimpin spiritual misterius yang muncul di Timur Tengah dan dikejar di seluruh dunia oleh CIA. Kisah ini dinilai banyak netizen mirip dengan kisah Dajal atau Antikristus dalam kitab suci.

Michael Petroni, kreator Messiah, menyadari serial karyanya akan menuai perdebatan. Tapi itu lah yang ia harapkan. "Ya ini provokatif, acara ini provokatif." Petisi di laman chance.org menyerukan pemboikotan dan menggambarkan serial Messiah sebagai kejahatan dan propaganda anti-Islam.