AI dan Komputasi Bioinformatika Bantu Temukan Kandidat Obat, Upaya Menuju Kemandirian Farmasi
BRIN manfaatkan kecerdasan buatan dan bioinformatika untuk mempercepat penemuan obat, kurangi impor bahan baku, dan perkuat farmasi nasional.
Melalui kemajuan kecerdasan buatan (AI) dan bioinformatika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini mengadopsi pendekatan komputasi untuk penemuan obat (computational approach for drug discovery), sebuah terobosan yang dinilai mampu mempercepat riset, menekan biaya, dan memperkuat kemandirian farmasi nasional.
Isu strategis ini menjadi sorotan utama dalam Bincang Riset Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PR BBOOT) dengan tema “Computational Approach for Drug Discovery.”
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti menegaskan arah riset obat nasional kini harus bergeser dari metode konvensional menuju riset digital berbasis AI dan machine learning.
“Tren riset global telah beralih ke pemanfaatan machine learning dan virtual screening yang mampu mempercepat penemuan bahan aktif baru secara signifikan. Pendekatan ini bukan hanya efisien, tapi juga menekan biaya riset,” ujarnya dikutip dari situs resmi BRIN.
Indi menambahkan, forum seperti ini penting sebagai ruang kolaborasi antarpeneliti, akademisi, dan profesional untuk memperkuat ekosistem riset bahan baku obat di Indonesia.