Gundala: lokomotif film pahlawan super Indonesia

Oleh: Dinda Ayu Widiastuti - Selasa, 03 Sep 2019 16:02 WIB

Joko Anwar telah menyajikan film superhero asal Indonesia, Gundala dengan cukup apik meski masih terdapat kekurangan yang bisa dimaklumi. Ini adalah lokomotif yang akan membawa gerbong jagat sinema baru di industri film kita nanti.

Source: Twitter

Film Gundala garapan sutradara Joko Anwar telah diputar di bioskop seluruh Indonesia mulai Jumat (29/8). Film aksi pahlawan super ini cukup menarik antusias banyak penontonnya. Sampai Minggu (1/9), Gundala sudah meraih 705.117 penonton.

Gundala Putra Petir juga menjadi film pembuka bagi Jagat Sinema Bumilangit yang mengadaptasi kisah-kisah komik-komik Indonesia dengan menampilkan beragam superhero lokal. Kabarnya Jagat Sinema Bumilangit ini bakal menjadi franchise berkelanjutan seperti layaknya Marvel Cinematic Universe bikinan Marvel Studio.

Sebagai sebuah karya awal untuk membuka sebuah jagat sinema, Gundala Putra Petir menjadi film penting. Kalau kurang mampu memuaskan ekspektasi penonton, proyek besar di belakangnya akan jadi tidak menarik. Oleh karena itu saya mencoba menulis review jujur film Gundala kurang dan lebihnya.

Bagi saya alur kisah sebuah film, utamanya untuk pembuka sebuah jagat sinema (Cinematic Universe), adalah sangat penting. Karena alur kisah ini akan mejadi benang merah keseluruhan jagat sinema, yang biasanya memiliki judul-judul sendiri nantinya.

Alur kisah dalam Gundala ini memang fokus untuk mengembangkan karakter tokoh utama. Gundala bernama asli Sancaka, dalam film secara kronologis diceritakan mulai dari masa kecilnya. Ia lahir dari ayah seorang buruh pabrik, dan ibu seorang rumah tangga bisa. Ayahnya sejak kecil menanamkan kebaikan dan pentingnya membela kebenaran kepada Sancaka.