Apa yang salah dengan Men In Black International?

Oleh: Lalu Ahmad Hamdani - Selasa, 25 Jun 2019 19:56 WIB

Film favorit saya ini mengalami penurunan kualitas naskah, tokoh baru yang muncul belum mampu menggantikan agen J dan agen K.

Laporan Cinemablend (25/6), mengatakan, Men In Black International tidak mampu mempertahankan posisi di box office bioskop domestik Amerika. Masuk pekan kedua pemutarannya, pendapatannya turun 64% dari pendapatan pemutaran pekan utamanya USD30,3 juta (Rp427 miliar).

Masih dalam laporan Cinemablend, dana produksi film ini mencapai USD110 juta. Melihat tren pendapatannya yang tak samapi menutup modal, bisa jadi ini film Men In Black terakhir. Sayang sekali, padahal ini film favorit saya.

Tapi memang ketika memasuki ruang bioskop, ada perasaan aneh yang merayap di dalam diri saya. Ruangan bioskop saat saya menonton Men In Black International pekan lalu memang penuh. Kendati begitu, ini baru pekan pertama penayangannya di Indonesia. Tapi kalau review -termasuk review ini- bakal memperpuruk Men In Black International, saya rasa film ini tidak akan bertahan lebih dari dua pekan di bioskop Indonesia. Perlu diketahui, di Rotten Tomatoes ratingnya hanya 23%. Sebuah penghakiman yang sulit karena situs itu jadi jujukan penonton sebelum membeli tiket.

Secara produk, Men In Black International adalah pengembangan naskah Men In Black I, II, dan III. Dengan berani produksi Men In Black International tidak menyertakan dua tokoh utama yang ikonik, agen J dan K.

Ada dua harapan saat penonton Men In Black International memasuki bioskop. Pertama, tokoh baru bakal membuat cerita jadi lebih segar, atau memperburuk keadaan sama sekali.