Indomusikgram, geliat musik di media sosial
Ada pergerakan yang cukup kuat di industri musik kita beberapa tahun belakangan ini.
Media sosial menjadi platform baru bagi musisi amatir yang ingin karyanya didengarkan secara luas. Tidak sedikit musisi, baik nasional maupun internasional, berhasil masuk industri berkat konten mereka viral di media sosial. Sebut saja, Raisa. Sembilan tahun yang lalu, dia hanyalah gadis biasa yang suka menggubah lagu (cover) di YouTube.
Selain YouTube, layanan lain yang tak kalah besar pengaruhnya adalah Instagram. Salah satu akun yang khusus didedikasikan untuk musisi amatir ini adalah Indomusikgram. Akun yang mulai aktif sejak 2014 ini digawangi Christian Bong dan Ananta Giovanni.
Christian adalah pemuda bersemangat yang telah mengembangkan karirnya sebagai produser video dan musik di media sosial sejak 2014. Sementara Ananta lebih irit bicara, namun banyak ide kreatif di kepalanya. Ananta ialah seorang produser musik. Salah satu karyanya yang viral hingga ke level dunia adalah Dat $tick bersama Rich Chigga.
Lewat tangan dingin mereka, serta koneksi luas keduanya di industri hiburan di Tanah Air, membawa @indomusikgram menjadi komunitas besar di Instagram. Hingga artikel ini dimuat, @indomusikgram telah meraih 728 ribu pengikut. Tagar #indomusikgram pun tembus 1 juta dengan pertumbuhan rata-rata 2.000 tagar tiap hari.
Bagi Christian, Indomusikgram adalah penghubung bagi orang-orang yang punya karya yang ingin menjadi lebih terkenal. Dia menyebut Indomusikgram sebagai platform one-stop cover artist.
“Kita bantu mereka biar bisa kolaborasi dengan beberapa musisi (profesional),” ujarnya sembari menambahkan bahwa Indomusikgram pernah bekerjasama dengan Andji, Kotak, dan Vidi Aldiano, serta Rossa.
Jika dirunut ke belakang, semangat awal Christian dan Ananta ketika membuat Indomusikgram sebenarnya hanya menyalurkan hobi saja. Kebetulan, mereka senang menonton dan membuat video. Mereka pun mulai membuat video sesuai dengan evolusi perkembangan video di Instagram dari sekadar berdurasi 6 detik, sampai 90 detik.
Hobi ini rupanya disambut hangat oleh pengguna Instagram hingga pengikut mereka terus bertumbuh. Pengikut yang mencapai ratusan ribu ini tentu menarik juga bagi pengiklan.
“Indomusikgram dilihatnya seperti koran saja. Kita punya lahan untuk iklan. Seperti Ananta ini, dari yang awalnya cuma meramu (musik) di kamar doang, sampai pencapaian terbesarnya tahun ini bisa hadir di YouTube Viral Fest 2017 di Thailand,” kata Christian.
Walau demikian, seperti dijelaskan Ananta, kualitas konten yang mereka buat masih “rumahan banget”, termasuk Dat $tick milik Rich Chigga. Produksi rumahan ini tak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi, terutama berkat kehadiran laptop, kamera, dan peranti lunak guna mendukung produksi konten video.
“Inilah yang membuat Indomusikgram hadir. Sekarang lingkungannya mendukung. Itu juga yang bikin setiap harinya orang-orang menaruh video ke Indomusikgram. (Jumlahnya) seribu sampai dua ribu. Harapannya, supaya bisa jadi terkenal,” kata Christian.
Pintu menjadi selebgram
Salah satu pencarian terpopuler Google pada tahun 2017 adalah “Cara menjadi selebgram.” Menurut Christian, salah satu caranya adalah dengan meng-cover lagu-lagu terkenal. Jika versi cover kita disukai banyak orang, ini akan membuka peluang untuk endorsement, jingle commission, project collaboration dan lain-lain.
Indomusikgram sendiri secara rutin menerima penawaran promosi lomba jingle yang sangat pas dengan pengikut mereka.
Lalu, mengapa harus cover lagu?
Kata Christian, musisi-musisi amatir bukannya tak punya karya sendiri. Namun, agar karya mereka didengar, mereka terlebih dahulu harus mengumpulkan penggemar dengan cara menyanyikan lagu milik orang lain yang sudah terkenal.
Memang, selalu saja ada pengecualian untuk orang tertentu, seperti Rich Chigga yang hadir dengan video dan lirik unik.
Berikut data menarik seputar akun indomusikgram dalam periode 30 hari terakhir.
Media sosial menjadi platform baru bagi musisi amatir yang karyanya ingin didengarkan secara luas. Tidak sedikit musisi internasional maupun Indonesia, berhasil masuk industri berkat konten mereka viral di media sosial. Sebut saja, Raisa. Sembilan tahun yang lalu, dia hanyalah gadis biasa yang suka menggubah lagu (cover) di YouTube.
Selain YouTube, ada pergerakan di Instagram yang tidak kalah besarnya. Kamis (14/12), saya bertemu Kreator Konten sekaligus Direktur @indomusikgram, Christian Bong. Dia pemuda bersemangat yang telah mengembangkan karirnya sebagai produser video dan musik di media sosial sejak 2014.
Sementara rekannya yang lebih irit bicara, Ananta Giovanni, ialah seorang Produser Musik. Ialah yang memproduseri Dat $tick bersama Rich Chigga. Lagu itu viral secara internasional di YouTube dua tahun belakangan ini.
Lewat tangan dingin mereka, serta koneksi luas keduanya di industri hiburan di Tanah Air, membawa @indomusikgram menjadi komunitas besar di Instagram. Hingga artikel ini dimuat, @indomusikgram telah meraih 728 ribu pengikut. Tagar #indomusikgram pun tembus 1 juta tagar dengan pertumbuhan rata-rata 2.000 tagar tiap hari.
"Indomusikgram itu perannya sebagai komunitas hub bagi teman-teman yang punya karya. Jadi begini, zaman sekarang itu banyak yang mengawali karir mereka lewat cover (lagu). Jadi, kita memang fokusnya jadi platform one-stop cover artist. Di situ posisinya Indomusikgram. Kita bantu mereka biar bisa kolaborasi dengan beberapa musisi (profesional). Kami pernah bekerjasama dengan Andji, Kotak, dan Vidi Aldiano. Sekarang yang sedang berjalan itu dengan Rossa,” kata Christian.
Christian tidak memungkiri, Indomusikgram punya hubungan erat dengan Indovidgram. Keduanya punya akar komunitas yang sama.
“Kalau enggak ada Indovidgram, Indomusikgram juga enggak ada. Memang kita teman nongkrong. Akhirnya ya sudah kita bikin ini di Juni 2014.”
Christian lanjut bercerita soal alasan, kenapa Instagram menjadi medium komunitas mereka.
“Di 2012 Instagram muncul. Nah, dari situ muncul cara bercerita melalui video. Video singkat enam detik, lima belas detik di awal-awal. Waktu itu, kita tidak berfikir panjang kalau ini akan menjadi sesuatu. Jadi dulu pemilihannya impulsif. Bukan karena ada dasar pemikiran tertentu. Memang semangatnya karena kami ini suka nonton video dan suka bikin video,” ujarnya enteng.
Kendati begitu, Indomusikgram telah berhasil mereka monetasi. Seiring tren influencer marketing yang makin menjamur. Tidak pelak akun Instagram sebesar mereka menjadi lirikan para merek-merek dagang.
“Indomusikgram dilihatnya seperti koran saja. Kita punya lahan untuk iklan. Seperti Ananta ini, dari yang awalnya cuma meramu (musik) di kamar doang, sampai pencapaian terbesarnya tahun ini bisa hadir di YouTube Viral Fest 2017 di Thailand,” kata Christian.
Ananta menambahkan, “Kita memang produksinya rumahan banget. Rich Chigga itu waktu kami preview, produksinya rumahan banget. Sebenarnya musisi millennials sekarang juga terpengaruh juga oleh perkembangan teknologi. Dulu laptop-laptop kecil yang bisa dipakai aneh-aneh itu Thinkpad. Itu mereka pakai buat produksi (lagu). Dan itu bukan satu dua tapi banyak yang pakai. Terus harga kamera mirrorless yang terjangkau pun menciptakan ekosistem ini. Inilah yang membuat Indomusikgram hadir. Sekarang lingkungannya mendukung. Itu juga yang bikin setiap harinya orang-orang menaruh video ke Indomusikgram seribu sampai dua ribu. Harapannya, ya supaya bisa jadi terkenal,”
“Itu jadi pintu gerbang orang-orang untuk membuka peluang. Peluang untuk endorsement, jingle commission, project collaboration. Kebetulan, kita bisa dibilang beruntung. Karena ada di era di mana agensi itu adalah sahabat kita. Mereka kini sudah mulai menaruh budget marketing di social media influencer. Bisa dibilang kami hampir tidak pernah pitching. Kami didatangi brand dan klien,” tambah Christian.
Ananta menambahkan, “Seringnya promosi lomba jingle, biasanya kan merek-merek itu punya jingle. Terus Indomusikgram punya komunitas atau pengikut yang tahu musik, jadi target pasarnya pas.”
Selain itu, di era digital seperti saat ini, Christian mengakui ada satu standar baku bagi musisi amatir untuk menggapai ketenaran instan di era digital. Caranya dengan cover lagu orang lain.
“Saya pernah ngobrol dengan kreator dari Aceh sampai Papua. Bukannya mereka enggak punya lagu, tapi polanya memang seperti itu rata-rata. Mereka pengen cover dulu. Bikin tren dari cover. Jeleknya era digital saat ini, banyak YouTuber yang muncul bikin lagu, tapi beberapa ada yang ‘ampas’. Itu karena bebas sekarang. Sekarang penyelenggara pensi-pensi pun mengalokasikan dananya bukan kepada musisi sebenarnya, malah ke YouTuber macam ini,” kata Christian.