OpenAI hapus program pembuat cerita anak yang tiru karakter kartun populer
OpenAI menghapus sebuah program pembuat cerita anak yang terindikasi meniru karakter kartun populer yakni Bluey.
OpenAI dikabarkan telah menghapus program pembuat cerita anak pada plaftormnya lantaran diduga meniru karakter kartu populer di Australia yakni Bluey. Program tersebut awalnya dibuat oleh Luke Warner, pegawai di sebuah perusahaan pengembang aplikasi di London, Inggris, yang awalnya bertujuan untuk membuat cerita tidur untuk anaknya yang menyukai karakter dalam serial kartun tersebut.
Dilansir dari Wired (25/12), Warner sebetulnya hanya ingin memanfaatkan ChatGPT untuk keperluan menghibur anaknya yang sudah tidak sabar menunggu episode selanjutnya dari kartun favoritnya. Alhasil, Warner membuat skema khusus untuk ChatGPT supaya dapat secara kreatif menulis cerita lanjutan dari kartun tersebut dengan nama yang sama dan kemudian diberi nama Bluey-GPT.
Setelah berhasil membuat program tersebut, Warner lalu mencoba untuk membagikannya ke GPT Store yang mana merupakan proyek dari OpenAI itu sendiri. Namun, upayanya tersebut selalu mengalami penolakan dari OpenAI tanpa adanya penjelasan lebih lanjut mengenai alasannya.
Seusai itu, Warner ternyata telah mencoba membagikan program buatannya tersebut melalui media sosial yakni Instagram. Tak lama berselang, tepatnya sekitar lima hari setelah mengunggahnya, OpenAI lalu memblokir fitur bagikan pada akun Warner beserta dengan pemberitahuan terhadap potensi pelanggaran hak cipta.
Pada posisi ini, Warner tidak merasa terkejut sebab program buatannya memang masih mengadopsi karakter dari serial kartun Bluey bahkan tanpa meminta izin terlebih dahulu. Setelah kejadian itu, Warner akhirnya tidak pernah membagikan lagi program Bluey-GPT ke publik sehingga kini hanya ia dan putri kesayangannya saja yang menikmati sendiri cerita yang dibuat dari program tersebut.
Adapun permasalahan soal hak cipta dalam segala konten yang diproduksi melalui bantuan teknologi Artificial Intelligence (AI) memang hingga kini masih menjadi pro-kontra. Tak heran bila beberapa seniman ada yang mendukung adanya kolaborasi dengan AI dan ada pula yang tidak setuju bila seniman meminta bantuan teknologi AI untuk membantu pekerjaannya sebab dinilai rawan akan potensi pelanggaran hak cipta.
Hingga kini memang belum ada aturan yang pasti mengenai hak cipta dalam konten yang dibuat berbasis teknologi AI tersebut. Sehingga wajar kasus seperti klaim hak cipta ini masih sering muncul ke publik dan menimbulkan perdebatan yang panjang.
Merespons hal ini, seorang seniman sekaligus komedian, Olaf Falafel, menyebut ada beberapa hal sulit yang tidak dapat dilakukan oleh AI dalam hal membuat suatu karya atau konten. Itu adalah perenungan mengenai aspek moral dalam cerita atau karya yang dibuatnya, sebab Olaf menilai jawaban yang diberikan oleh AI mengenai hal ini masih sangat dangkal.
Oleh karena itu, Olaf menyebut seharusnya para seniman tidak perlu khawatir soal AI dapat menggantikan pekerjaan mereka karena masih ada aspek yang sangat sulit untuk dilakukan oleh teknologi tersebut. Bahkan untuk manusia sendiri menciptakan suatu buku cerita yang menarik dan bermakna masih sangatlah sulit.









