Microsoft bakal PHK ribuan pekerjanya
Dalam sebuah laporan terbaru, Microsoft dikabarkan akan memangkas 3 persen karyawan atau sekitar 6.000 orang.

Microsoft akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 3% dari total tenaga kerja globalnya, atau sekitar 6.000 karyawan, sebagai bagian dari langkah untuk menyederhanakan struktur manajemen dan meningkatkan efisiensi operasional. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh CNBC, dan dikonfirmasi langsung oleh juru bicara Microsoft.
Dalam pernyataannya, Microsoft menyebut bahwa PHK ini tidak didasarkan pada kinerja individu, melainkan bagian dari strategi penyesuaian organisasi untuk menghadapi pasar yang dinamis.
"Kami terus melakukan perubahan organisasi yang diperlukan agar perusahaan tetap dalam posisi terbaik untuk meraih kesuksesan di tengah kondisi pasar yang terus berubah,” ujar perwakilan perusahaan, seperti dikutip dari laman Engadget (14/5).
Gelombang PHK ini datang setelah pemangkasan besar-besaran pada 2023, ketika Microsoft memangkas lebih dari 10.000 pekerja di berbagai divisi. Seperti banyak perusahaan teknologi besar lainnya, Microsoft menghadapi tekanan dari lingkungan ekonomi global yang tidak stabil, ditambah dengan dampak tarif perdagangan, pengawasan ketat dari FTC terkait isu anti-monopoli, dan persaingan ketat di sektor AI yang memerlukan investasi besar.
- Sebentar lagi kita bisa atur Grid Profile di Instagram sesuka hati
- Penjualan Switch 2 capai 2 kali lipat lebih banyak dari pendahulunya
- Percepat penelitian ilmiah, Imperial College London pakai super komputer dengan Intel Xeon 6
- Lenovo dan NVIDIA percepat adopsi AI dengan hadirkan platform Hybrid AI
Langkah efisiensi ini juga sejalan dengan strategi bisnis Microsoft belakangan ini. Perusahaan telah menaikkan harga konsol Xbox dan menghapus lini laptop Surface entry-level untuk meningkatkan margin keuntungan.
Menariknya, meski terjadi PHK, laporan keuangan Microsoft untuk kuartal terakhir menunjukkan hasil yang melampaui ekspektasi analis, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih. Ini menandakan bahwa pemangkasan tenaga kerja lebih diarahkan untuk menjaga daya saing jangka panjang, bukan karena tekanan langsung dari kinerja finansial.
Dengan kondisi yang terus berubah, langkah Microsoft menunjukkan bahwa bahkan perusahaan paling stabil sekalipun kini dituntut untuk terus beradaptasi dalam menghadapi era pasca-pandemi dan perlombaan kecerdasan buatan.