sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
Sabtu, 26 Sep 2020 10:17 WIB

Menjajal ponsel lipat Samsung Galaxy Z Fold2

Dalam hal desain, sepintas Galaxy Z Fold2 sama seperti ponsel Nokia E90 Communicator. Meski demikian tentu saja Galaxy Z Fold2 mengusung desain yang lebih tipis dan tanpa keyboard fisik.

Menjajal ponsel lipat Samsung Galaxy Z Fold2

Samsung baru saja menawarkan ponsel lipat terbarunya ke Indonesia dengan nama Galaxy Z Fold2. Jika dilihat dari namanya, tentu saja ponsel ini merupakan sang penerus dari Galaxy Fold yang dikenalkan Samsung pada tahun lalu. Mungkin ada beberapa dari kalian yang bertanya-tanya jika Fold2 ada embel-embel huruf ‘Z’, bukankah itu artinya penerus Galaxy Z Flip?

Pihak Samsung menginformasikan bahwa ke depannya, ponsel lipat mereka akan ditandai dengan nama Galaxy seri Z. Dengan demikian, Samsung memiliki 3 seri ponsel flagship, yakni Galaxy seri S, Galaxy seri Note, dan Galaxy seri Z. Galaxy Z Fold2 merupakan ponsel lipat ketiga dan terbaru yang diproduksi Samsung. Kebetulan saya telah menjajal ponsel tersebut.

Samsung menghadirkan Galaxy Z Fold2 dengan 2 pilihan warna: Mystic Black dan Mystic Bronze. Kebetulan produk yang ada di tangan saya memiliki warna Mystic Bronze, yang mana mirip seperti warna Rose Gold pada beberapa seri iPhone. Dalam hal desain, sepintas Galaxy Z Fold2 sama seperti ponsel Nokia E90 Communicator. Meski demikian, tentu saja Galaxy Z Fold2 mengusung desain yang lebih tipis dan tanpa keyboard fisik.

Sebagai sang penerus, kini Galaxy Z Fold2 dilengkapi dengan layar luar yang berukuran lebih besar pada 6,2 inci. Sedangkan layar luar Galaxy Fold versi awal mengusung ukuran 4,6 inci. Dengan demikian, bezel yang ditampilkan Fold2 jauh lebih tipis sehingga memerlukan desain punch-hole di atas layarnya sebagai lokasi kamera depan.

Bodi Fold2 terasa sangat premium ketika saya genggam, tidak terasa licin dan berdasarkan mengalaman saya, bodi ponsel lipat ini tidak meninggalkan jejak sidik jari. Ponsel ini mengusung tiga kamera di bagian belakangnya yang masing-masing beresolusi 12 MP untuk keperluan memotret sudut lebar, ultra lebar dan telefoto. Tonjolan modul kamera belakang tersebut cukup tinggi, mungkin akan dapat diatasi dengan menggunakan casing.

Berbicara soal casing, Product Marketing Manager Samsung Mobile SEIN, Taufiq Furqan mengatakan bahwa aksesori tersebut tidak hadir dalam paket penjualan Fold2. Namun, Taufiq mengatakan bahwa casing-nya akan dijual terpisah. Mengingat Fold2 adalah ponsel lipat, saya menjadi penasaran seperti apa bentuk dari casing perangkat ini. Sebagai informasi, unit uji coba yang datang ke saya hanya ponselnya saya dan tidak dilengkapi oleh aksesori lain termasuk charger.

Ketika dalam keadaan tertutup, Fold2 masih dapat saya genggam menggunakan satu dengan nyaman. Ini mungkin karena bodi Fold2 tidak terlalu tebal dalam keadaan terlipat. Masih dalam keadaan tertutup, pada bagian engsel terlihat agak lebih tebal jika dibandingkan dengan sisi pinggir di seberangnya. Namun tenang saja, ini bukan sebuah masalah dan tidak terlalu berpengaruh kepada tampilan desain secara keseluruhan.

Agar lebih memiliki durabilitas tinggi, Samsung menghadirkan beberapa metode pada engsel Fold2, salah satunya adalah Sweeper. Fungsi Sweeper dapat memastikan tidak ada debu atau partikel kecil lain yang masuk ke dalam mekanisme engsel. Engsel ini juga dikatakan mampu bertahan hingga 200.000 kali buka/tutup. Jadi jika sehari kamu melakukan buka/tutup sebanyak 100 kali maka engsel Fold2 akan bertahan selama 5 tahun.

Saya merasakan bahwa engsel tersebut sangat kokoh sehingga pengalaman saat membuka atau menutup tidak terasa ringkih. Dalam keadaan terbuka, layarnya akan menjadi berukuran 7,6 inci atau menyerupai tablet dengan tampilan yang lebih luas. Dalam mode ini terdapat pilihan lebih banyak. Kamu dapat mengaktifkan mode split-screen hingga 3 tampilan sekaligus, 1 di sisi kiri dan 2 di sisi kanan.

Karena layarnya besar, mambagi tiga aplikasi tampilan aplikasi sekaligus masih dapat terlihat dengan jelas. Hal ini kemungkinan juga karena resolusi layar Fold2 yang tinggi. 3 tampilan aplikasi pada mode split-screen terletak 1 di sisi kiri dan 2 di sisi kanan. Sebagai informasi, jika saya menggunakan layar depan, mode split-screen hanya dapat dilakukan menggunakan 2 aplikasi.

Ada beberapa kemudahan yang diberikan Samsung ketika kamu sedang menonton atau melakukan kegiatan lainnya. Pertama adalah Cover View yang memungkinkan kamu menonton film atau hal lainnya menggunakan layar depan ketika engsel Fold 2 sedang dalam keadaan kemiringan 75 hingga 80 derajat, kedua ada Flex View, ini menggunakan sebagian layar utama ketika engsel sedang dalam kemiringan 80 hingga 115 derajat. Mode Flex View juga menjadi salah satu favorit saya ketika sedang berselancar di internet yang mana setengah bagian layarnya dapat dijadikan keyboard.

Adapun mode Full Viewing, ini adalah ketika engsel dibuka penuh atau 180 derajat atau mungkin juga bisa saya katakan sebagai mode tablet. Ketika dalam keadaan seperti ini, bagian tengah tepat di lokasi engsel terdapat garis yang agak sedikit melengkung. Meski demikian secara keseluruhan saya tidak merasa terganggu dengan adanya lengkungan yang berukusan sangat sedikit tersebut.

Saya juga dapat melakukan selfie ketika Fold2 dalam keadaan mode Full-View karena terdapat kamera di bagian kanan atas dengan desain punch-hole. Dengan kata lain, Galaxy Z Fold2 memiliki dua kamera depan yang dapat digunakan saat keadaan terlipat maupun terbuka.

Saya merasa performa layar bagian dalam lebih responsif ketimbang layar bagian luar. Setelah saya mencari tahu, ini dikarenakan oleh layar bagian dalam (atau Samsung menyebutnya sebagai layar utama) memiliki fitur Motion Smoothness yang menawarkan refresh rate hingga 120 Hz. Samsung mengatakan bahwa fitur tersebut akan secara otomatis mendeteksi konten yang sedang ditampilkan dan menerapkan refresh rate yang dibutuhkan.

Ketika ponsel mendeteksi pengguna sedang membaca artikel, maka refresh rate yang ditawarkan layar tersebut adalah 1 hingga 11 Hz. Ketika pengguna sedang menonton film, maka refresh rate yang diterapkannya adalah 24 hingga 120 Hz. Terakhir, ketika ponsel mendeteksi pengguna sedang bermain gim, maka refresh rate yang digunakannya adalah 48 Hz atau 120 Hz. Selain untuk kenyamanan akses, cara ini diklaim akan meningkatkan efisiensi penggunaan daya baterai.

Fitur yang tidak kalah menarik adalah bahwa kamu dapat meneruskan penggunaan aplikasi di dalah satu layar dan beralih ke layar lainnya. Contoh, ketika kamu sedang menonton video di aplikasi YouTube dalam mode Full View dan kemudian menutup layar ponsel utama, maka video di aplikasi tersebut akan secara otomatis beralih ke layar depan. Saat saya menjajalnya, fungsi ini sangat cepat tanggap tanpa jeda.

Secara default, fungsi peralihat tersebut tidak aktif. Oleh karena itu saya harus mengaktifkannya terlebih dahulu dengan mengakses pilihan ‘Continue apps on cover screen’. Di menu ini kamu dapat memilih aplikasi mana saja yang ingin secara langsung berlanjut aksesnya. Hampir semua aplikasi mendukung metode ini. Tetapi sayangnya aplikasi Disney+ Hotstar tidak mendukungnya.

Oke, itulah pengalaman saya saat menjajal Galaxy Z Fold2 yang merupakan ponsel lipat generasi terbaru dari Samsung. Intinya, sejauh ini saya menyukai kepraktisan dan fitur yang dihadirkan oleh ponsel tersebut karena menawarkan fleksibilitas yang lebih unik ketimbang ponsel konvensional. Dalam hal performa, sealama saya menjajalnya tidak ada gangguan lag dan akses konten apa pun terasa mulus. Ini kemungkinan besar memiliki prosesor kelas atas Snapdragon 865+ dan RAM 12 GB.

Share
×
tekid
back to top