Karyawan KFC, Taco Bell, dan Dairy Queen di Amerika dipantau kinerjanya oleh AI
Sistem kecerdasan buatan (AI) yang diberi nama Riley menjadi "mata-mata" karyawan Dairy Queen, KFC, dan Taco Bell di seluruh Amerika Serikat.
Sistem kecerdasan buatan (AI) yang diberi nama Riley telah mengintai di lebih dari 100 gerai Dairy Queen, KFC, dan Taco Bell di seluruh Amerika Serikat. Sistem ini bertugas memantau kinerja para pekerja dan memberikan bonus kepada mereka yang mampu menjual lebih banyak.
Dilansir dari Forbes (27/2), seperti banyak pemilik restoran lainnya, Andrew Valkanoff memberikan bonus kepada karyawan yang telah melakukan pekerjaan dengan baik. Namun, di lima gerai Dairy Queen miliknya di seluruh Carolina Utara, penentuan bonus tersebut dilakukan dan ditentukan oleh AI.
Sistem AI, yang disebut Riley ini mampu mengumpulkan aliran data video dan audio untuk menilai kinerja para pekerja, kemudian memberikan bonus kepada mereka yang mampu menjual lebih banyak.
Riley dikembangkan oleh perusahaan pengawasan berbasis Rochester bernama Hoptix, kurang dari setahun yang lalu dengan harapan dapat membantu meningkatkan penjualan di saat margin keuntungan menyusut dan biaya makanan serta tenaga kerja melonjak.
Berkat Riley, Andrew Valkanoff berhasil meningkatkan penjualan sebesar 3%. "Setiap keuntungan kecil saat ini sangat berarti bagi bisnis saya," katanya.
Riley, yang terpasang di sekitar 100 toko di seluruh negeri termasuk waralaba KFC dan Taco Bell, memproses data termasuk percakapan para pekerja dengan pelanggan, dan menggunakan AI untuk mendeteksi apakah dan seberapa sering karyawan telah berkomunikasi dengan pelanggan dan menawarkan extra topping untuk meningkatkan penjualan.
Karyawan yang memberikan saran terbanyak dan berhasil diubah menjadi penjualan, menerima bonus tunai berdasarkan kartu skor yang dihasilkan oleh sistem AI Hoptix. Perangkat lunak ini juga melacak seberapa cepat makanan disiapkan serta berapa banyak makanan yang terbuang.
Tujuan Riley dibuat untuk digunakan sebagai platform pelatihan, membantu manajer mengidentifikasi dan fokus pada para karyawan individu yang kinerjanya mungkin tidak mencapai standar dan mungkin memerlukan pelatihan lebih lanjut, kata pendiri dan CEO Hoptix, Ken Bianchi, kepada Forbes.
Namun, beberapa kontroversi dari para ahli khawatir bahwa alat-alat AI semacam ini dapat digunakan sebagai alasan untuk menetapkan standar produktivitas yang tidak adil bagi pekerja.
Riley mampu mentranskrip percakapan dan mengidentifikasi wajah karyawan saat berinteraksi secara akurat. Dilansir dari Forbes, perusahaan berkata keakuratan datanya berkisar 96% sampai 99%. Ketika terjadi error pada sistem Riley, kartu skor karyawan juga mampu menghubungkan kembali ke rekaman kamera video untuk ditinjau kembali oleh manajer toko secara manual.