×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Hasil pencarian di Google ternyata sudah terpersonalisasi

Oleh: Nur Chandra Laksana - Kamis, 06 Desember 2018 09:44

Para peneliti di DuckDuckGo menyebut bahwa Google menampilkan hasil pencarian yang sudah mereka personalisasi. Namun, pihak Google telah menyanggah penelitian tersebut.

Hasil pencarian di Google ternyata sudah terpersonalisasi Google (Pixabay)

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh DuckDuckGo menyebut bahwa Google menampilkan hasil pencarian yang sudah mereka personalisasi kepada semua pengguna layanan mereka. Hal ini terjadi bahkan pada saat pengguna menggunakan mode incognito, atau bahkan saat mereka tidak masuk ke dalam akun Google sekalipun.

Dalam keterangan resminya melalui The Verge (5/12), DuckDuckGo telah melakukan penelitian ini sejak Juni 2018. Bulan Juni mereka pilih karena waktu itu adalah puncak musim pemilu Amerika.

Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi, apakah hasil penelusuran Google hanya menampilkan apa yang ingin penggunanya inginkan. Ternyata, mereka menemukan sebuah fakta yang cukup mengejutkan. Perlu diingat bahwa DuckDuckGo merupakan salah satu pesaing dari Google.

DuckDuckGo menemukan bahwa mayoritas peserta dalam penelitiannya melihat hasil yang berbeda ketika melakukan pencarian istilah-istilah terpilih. Beberapa kata kkunci yang diberikan DucDucGo adalah, "kontrol senjata", "imigrasi", dan "vaksinasi". 

"Perbedaan ini tidak dapat dijelaskan oleh perbedaan lokasi, waktu ketika masuk ke Google, atau oleh algoritma pengujian Google,” kata perwakilan dari tim peneliti.

Saat melakukan pengujian, mereka mengontrol lokasi dengan cara seolah-olah lokasi mereka identik. “Yang menarik, penyesuaian ini tidak mempengaruhi variasi secara signifikan,” tulis studi tersebut.

Untuk penelitian ini, DuckDuckGo mengumpulkan 87 set data, di mana 76 datang dari desktop dan 11 dari seluler. Mereka juga melakukan pencarian secara berurutan dan secara bersamaan mulai pukul 09:00 waktu setempat pada 24 Juni 2018.

Pertama, mereka melakukan satu tes dengan masuk ke akun Google. Kemudian mereka melakukan log-out, setelah itu mereka melakukan tes yang sama. Anehnya, saat mereka keluar dari Google, hasil yang mereka dapatkan tidak berpengaruh pada variasi hasil pencarian.

Meski memiliki isi yang sama, beberapa elemen kunci dari hasil pencarian pun sedikit berubah. Contohnya adalah perubahan dalam hal sumber berita. Penempatan tautan berita identik berada di posisi yang berbeda, yang memiliki dampak kemungkinan mereka diklik lebih besar. 

Penelitian ini juga menemukan variasi dalam penataan artikel dan video berita. Selain itu, khusus untuk pencarian “vaksinasi” ditemukan total 22 domain berbeda muncul di halaman pertama saat kata kunci tersebut dicari. Padahal, untuk kata kunci lain biasanya hanya berisi 10 tautan berbeda.

"Kami melihat, ketika membandingkan pencarian dengan cara masuk ke dua akun Google yang berbeda, terdapat lebih dari dua variasi ketika membandingkan pencarian saat masuk ke akun Google dan tidak masuk ke akun Google," tulis studi tersebut.

Pada akhirnya, penelitian ini membuktikan bahwa pencarian Google tanpa mengambil data personal pengguna. Meski demikian, hal ini belum tentu menjadi hal buruk.

Perusahaan teknologi menggunakan data ini untuk membangun bisnis yang lebih baik bagi para pengguna. Selain itu, para pengguna juga dapat menggunakan layanan Google secara gratis.

Tanggapan Google

Terkait masalah ini, pihak Google pun sudah memberikan pandangan mereka. Mereka menyebut metodologi yang digunakan DuckDuckGo bisa saja menyesatkan. 

“Metodologi dan kesimpulan penelitian ini cacat karena didasarkan pada asumsi bahwa setiap perbedaan dalam hasil penelusuran berdasar pada personalisasi. Itu tidak benar, ”kata juru bicara Google.

“Faktanya, ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan perbedaan kecil, termasuk waktu dan lokasi, yang tampaknya tidak terkendali oleh penelitian ini secara efektif.”

Dalam pernyataan terpisah, Danny Sullivan, yang sebelumnya mengelola blog Search Engine Land dan sekarang bekerja sebagai PR Google Search, menyuarakan sentimen serupa di Twitter pribadinya.

“Selama bertahun-tahun, sebuah mitos telah berkembang bahwa Google Search mempersonalisasi begitu banyak (data diri). Oleh karenanya untuk kueri yang sama, orang yang berbeda mungkin mendapatkan hasil yang berbeda secara signifikan. Ini bukan masalahnya. Hasilnya dapat berbeda, tetapi biasanya untuk alasan yang tidak dipersonalisasi. Mari menjelajah,” tulis Sullivan.

Terkait pengambilan data pengguna meski mereka menjelajah tanpa masuk ke akun Google, mereka menggunakan cookie anonim yang akan memperhitungkan informasi seperti lokasi, bahasa, riwayat pencarian, dan faktor lainnya. Metode ini mereka lakukan semenjak 2009 silam.

Selain itu, penting untuk diketahui bahwa segala jenis personalisasi, bahkan mengambil lokasi pengguna, bukanlah fitur baru. Para pengguna pun sudah mendapat syarat dan ketentuan dari Google ketika mereka menggunakan layanan Google, dimana perusahaan mesin pencari itu meminta izin terlebih dahulu untuk mengakses lokasi dan data mereka.

×
back to top