sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id wd
Jumat, 24 Nov 2023 19:08 WIB

Bagaimana penerapan etika AI di Indonesia?

Etika AI adalah isu yang sangat relevan di era digital saat ini. Pasalnya banyak aplikasi dan layanan yang menggunakan atau mengandalkan teknologi AI.

Bagaimana penerapan etika AI di Indonesia?

Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa AI semakin hari semakin menjadi fenomenal. Seperti yang kita ketahui, kecerdasan buatan (AI) adalah teknologi yang memungkinkan komputer untuk meniru atau bertindak layaknya kecerdasan manusia. Teknologi ini sangat canggih dan pintar sehingga mungkin bisa mengganti pekerjaan yang dilakukan manusia dan masalah hak cipta.

Dengan demikian, dalam rangka ulang tahunnya yang ke-6, Medcom.id menggelar talkshow teknologi bertajuk ‘AI Ethics’. Ini mengangkat masalah seputar etika AI dalam penggunaannya demi memastikan tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, organisasi, dan/atau lingkungan.

Tech Talk Medcom.id menghadirkan beberapa pembicara dari sejumlah perusahaan yang bergelut di bidang teknologi dan sudah menerapkan AI. Pembicara yang dimaksud adalah Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko; Kepala Pengembangan SDM, Kemenkominfo, Hary Budiarto; President Director IMB Indonesia, Roy Kosasih; Direktur & Chief Enterprise Business and Corporate Affairs Officer XL Axiata, Yessie D. Yosetya; dan Director of Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi.

Hadir pula 3 panelis dalam acara tersebut yakni, Pemimpin Redaksi Medcom.id, Indra Maulana; Editor in Chief Tek.id, Insaf Albert Tarigan; dan Vice Managing Editor Info Komputer, Liana Threestayanti.

Etika AI adalah isu yang sangat relevan di era digital saat ini. Pasalnya banyak aplikasi dan layanan yang menggunakan atau mengandalkan teknologi AI. Misalnya, aplikasi asisten virtual, pengenalan wajah, otomatisasi industri, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui lebih banyak tentang etika AI dan bagaimana cara menerapkannya secara bijak.

Yessie berpendapat bahwa teknologi XL Axiata untuk memberikan pengalaman ke pelanggan mereka secara lebih baik lagi. Dalam hal produktivitas salah satu operator ternama di Indonesia tersebut menggunakan chatbot untuk berinteraksi dengan para kustomernya.

“AI membantu kamu untuk melakukan deteksi analisis keperluan kustomer. Ini bisa mendeteksi masalah dengan kustomer. Jadi saat agen berbicara dengan kustomer langsung bisa mengetahui harus melakukan apa, ini dapat meningkatkan produktivitas”, kata Yessie.

Menggunakan chatbot AI, Yessie mengatakan bahwa trafik digital channel naik hingga 70%. Meski memiliki kenaikan yang signifikan, cost yang dikeluarkan perusahaan malah berkurang hingga 46%. “Jadi AI bisa diandalkan agar dapat meningkatkan user experience yang lebih baik lagi”, kata Yessie.

Namun bukan berarti AI menggantikan call center. XL Axiata melihat produktivitas mana yang harus ditingkatkan. Jika kerjaannya itu-itu saja atau bersifat repetitif, maka tugas ini akan dikerjakan oleh teknologi AI. Dengan cara ini, pekerja manusia dapat meningkatkan skill mereka sehingga memiliki kemampuan ilmu baru.

Dari Microsoft, perusahaan ini membahas teknologi terbaru mereka yaitu Copilot. Ini adalah asisten AI yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas pengguna dalam lingkungan kerja. AI ini dinamakan ‘Copilot’ karena dirancang untuk menjadi kopilot untuk membantu pengguna dalam lingkungan kerja.

Oleh karena itu, pengguna manusia tetap mengambil alih kontrol terhadap tugasnya, bukan sebaliknya. “Ibaratnya pilotnya kita sebagai manusia kita bisa membuka peluang inovasi tetapi bisa menampilkan efisiensi yang lebih baik dengan Copilot. Sehingga produktivitas jadi lebih maksimal”, kata Ajar.

Sementara itu, kepala BRIN Laksana mengungkapkan bahwa etika Ak di Tanah Air memerlukan rekomendasi kebijakan. Hal ini agar dapat mengembangkan regulasi baru bagi masyarakat. Etika rekomendasi mencegah berbagai dampak negatif AI seperti penyusupan data privasi dan pelanggaran norma kehormatan data.

“Di satu sisi kita tidak ingin terlalu mengatur karena ini kan banyak peluang di mana orang bisa berkreasi dan sebagainya tetapi di sisi lain kita juga mencegah dampak-dampak negatif yang dikeluarkan dari AI seperti privasi, kehormatan pada norma di masyarakat misalnya," kata Laksana.

Share
×
tekid
back to top