95 ribu orang terkena scam sepanjang 2021, kerugian capai Rp11 triliun
Tercatat 95 ribu orang yang tercatat menjadi korban scammer di 2021 dengan total kerugian mencapai Rp11 triliun lebih.
2021 tampaknya menjadi tahun yang sangat menguntungkan bagi para penipu internet alias scammer. Sebab, dalam sebuah laporan terbaru oleh FTC, ada puluhan ribu orang telah tertipu dan kehilangan uang mereka.
FTC menyebut, sepanjang 2021, para scammer sudah memakan korban lebih dari 95 ribu orang di media sosial saja. Total kerugian yang diakibatkan oleh para scammer diduga lebih dari USD770 juta atau sekitar Rp11,02 triliun.
Jika dibandingkan dengan 2020, jumlah kerugian yang diderita lebih dari dua kali lipat. Sebab, pada tahun tersebut, kerugian akibat ulah para scammer mencapai USD258 juga atau sekitar Rp3,69 triliun.
Engadget (28/1) melaporkan, rata-rata para korban diiming-imingi keuntungan melalui cryptocurrency. Dan hanya dari satu tipe scam tersebut, menyumbang sekitar USD285 juta alias Rp4,079 triliun, dimana sepertiga dari total kerugian sepanjang 2021.
- Paxel Raih Aplikasi Harian Terbaik Google Play 2025, Buktikan Dominasi di Layanan Logistik,
- Sora Melesat di Android, 470 Ribu Unduhan di Hari Pertama Ketersediaan di Play Store
- Indonesia, India, dan Vietnam Pimpin Pertumbuhan Aplikasi Digital Global 2025, Game Selular Jadi Pendorong
- Sosialisasi Aplikasi One by IFG Terus Digencarkan, Integrasi Solusi Finansial dan Kesehatan
Tak ketinggalan, penipuan berkedok percintaan juga disebut mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. "Penipuan ini sering dimulai dengan permintaan pertemanan yang tampaknya tidak mencurigakan dari orang asing, diikuti dengan obrolan manis, dan kemudian berakhir dengan permintaan uang," ungkap peneliti FTC.
Namun, dalam laporan ini, hanya ada dua media sosial yang diteliti, yakni Facebook dan Instagram. "Lebih dari sepertiga orang yang mengatakan mereka kehilangan uang karena penipuan asmara online pada tahun 2021 mengatakan itu dimulai di Facebook atau Instagram," ungkap FTC.
FTC juga mengatakan bahwa Facebook dan Instagram adalah platform yang paling sering dikutip untuk laporan barang yang tidak terkirim, dengan dua aplikasi dikutip dalam 9 dari 10 laporan di mana sebuah layanan diidentifikasi.
Dengan cryptocurrency yang masih terus mendapatkan kepopuleran di tahun ini, ada kemungkinan kerugian yang akan diterima oleh pengguna akan terus meningkat di tahun yang mendatang. So, pastikan kalian tetap waspada agar terhindar dari penipuan saat menjelajah internet.








