sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
Jumat, 13 Agst 2021 20:51 WIB

IndiHome, vital saat PPKM walau sering di-bully

Terlepas dari keluhan yang tak jarang mewarnai layanan perusahaan, eksistensi IndiHome dalam menunjang berbagai aktivitas digital masyarakat terbilang vital.

IndiHome, vital saat PPKM walau sering di-bully
Source: Pexels

Mendikbud Nadiem Makarim menyebutkan, per November 2020, bantuan kuota internet didistribusikan kepada 27.305.495 orang. Namun, angka ini masih jauh dari jumlah keseluruhan siswa, guru, mahasiswa dan dosen. 

Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik), per 29 September 2020, tercatat 52.202.289 siswa, 3.146.502 guru di Indonesia. Sementara itu, Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) menunjukkan, jumlah mahasiswa sebanyak 8.399.451 orang, dan 286.050 dosen yang mengajar di seluruh perguruan tinggi. Artinya, dari 64.034.292 calon penerima, hanya 42% yang menerima bantuan kuota data internet, pada September 2020.

Faktor belum meratanya bantuan kuota internet ini dapat disebabkan karena nomor yang terdaftar di Dapodik dan PDDikti tidak aktif atau ditemukan kejanggalan pada nomor itu. Maka dari itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemendikbud Muhammad Hasan Chabibie mengimbau agar sekolah atau perguruan tinggi menginput nomor ponsel peserta didik dan pendidiknya yang belum terdaftar di Dapodik atau PDDikti.

Bantuan kuota internet gratis terus berlanjut memasuki tahun 2021, tepatnya pada periode Maret - Mei, dan yang terbaru, September - November 2021. Namun, terjadi penurunan besaran kuota yang diberikan sebagai berikut. 

  • Peserta didik PAUD : 7 GB/bulan
  • Peserta didik SD, SMP, SMA : 10 GB/bulan
  • Guru PAUD, SD, SMP, dan SMA : 12 GB/bulan
  • Mahasiswa dan dosen : 15 GB/bulan

Di samping upaya Kemendikbud memberikan akses kepada pelajar dan pengajar untuk Pembelajaran Jarak Jauh, kita tidak boleh lupa bahwa para pekerja juga membutuhkan internet selama pemberlakukan Work from Home. Sejumlah operator seluler hadir memberikan paket internet terjangkau khusus untuk aplikasi-aplikasi penunjang WFH, seperti Zoom dan aplikasi video conference lainnya. 

Pada Maret 2020 lalu, XL Axiata menghadirkan promo gratis data 2GB per hari. Sementara itu, Telkomsel menawarkan paket video conference yang dibanderol mulai Rp3 ribuan dengan pilihan kuota 2 - 20 GB.

Menurut data yang dihimpun dari Bisnis.com, Telkomsel hingga Smartfren membagikan kartu perdana gratis pada September 2020 lalu untuk keperluan PJJ dan WFH. Telkomsel mendistribusikan sekitar 7,3 juta kartu perdana gratis ke sejumlah provinsi meliputi, antara lain: Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Banten, Sumatra Selatan, Bengkulu, Gorontalo, dan Papua.

Sementara wilayah yang sudah didistribusikan kartu perdana XL gratis antara lain Batam, Banten, Jambi, Bangka, Medan, Pekanbaru, Padang, Palangkaraya dan Palu. Tri dan Smartfren juga membagikan sekitar 1 juta kartu perdana gratis ke wilayah yang tidak disebutkan. 

Kendati demikian, masyarakat di sebagian kota besar, lebih banyak mengandalkan internet kabel. Sebab, WiFi lebih andal dan efisien untuk dipakai bersama di rumah, karena pandemi mengharuskan seluruh anggota keluarga melakukan produktivitas dari rumah dan dalam waktu bersamaan. Belum lagi, berbagai perusahaan sektor esensial yang tetap membuka layanannya, meskipun selama PPKM diberlakukan. Hampir seluruh infrastruktur internetnya ditopang oleh internet kabel. 

Selama PKKM ini, pantauan Tek.id, beberapa penyedia layanan fixed broadband turut memberikan penawaran dan promo menarik kepada pelanggan. Sebagai pemanis WFH, Biznet menawarkan kepada pelanggan diskon 40% untuk pembelian Biznet IPTV STB (Set Top Box) seharga Rp750.000.

IndiHome juga menawarkan paket internet yang jauh lebih terjangkau untuk kebutuhan Work from Home. Dengan membayar mulai dari Rp200 ribuan, pelanggan bisa berselancar di internet hingga 100Mbps, ditambah bonus nelepon sepuasnya dengan telepon rumah. 

Terlepas dari itu, fixed broadband tetap menjadi pilihan keluarga untuk pemakaian bersama di rumah. Jadi, tak heran apabila pelanggan IndiHome tumbuh sepanjang masa pandemi ini.

Makin tinggi pohon makin kencang angin

Terlepas dari popularitasnya, layanan IndiHome belum bebas dari keluhan pelanggan. Hal tersebut wajar saja, mengingat kebutuhan setiap pelanggan yang bervariasi.    

Penelusuran Tek.id di media sosial menunjukkan, Twitter menjadi kanal yang paling sering digunakan pelanggan untuk menyuarakan keluhannya dibanding Facebook dan Instagram. Melalui layanan microblogging ini, warganet lebih aktif bertanya dan berkomentar. Kendati demikian, secara persentase, sentimen positif dan negatif cukup berimbang di Twitter.

Sentimen negatif di Twitter umumnya terkait pertanyaan gangguan layanan, aduan dan keluhan jika layanan tersendat. Ditemukan pula ungkapan kekesalan secara eksplisit. 

Mayoritas warganet yang banyak berkomentar terkait layanan Indihome adalah kalangan pekerja (WFH), gamers serta pelajar. Rentang usia warganet yang berkomentar dari 21-40 tahun sebanyak 71,5%. Sementara untuk pelajar 18-21 tahun sebanyak 12,7%.

Pangsa pasar IndiHome

Sementara sentimen positif di Twitter terkait apresiasi cepatnya tanggapan dan jawaban atas keluhan oleh akun resmi IndiHome. Selain apresiasi, sentimen positif juga termasuk antusiasme atas program/paket IndiHome seperti iFlix dan Catchplay.

Di Facebook dan Instagram, sentimen negatif tidak begitu dominan dengan persentase masing-masing 16,6% dan 12%. Sebaliknya, sentimen bernada positif justru lebih banyak ditemukan di kedua kanal tersebut.

Pangsa pasar IndiHome

Kesimpulan

Peran internet, khususnya internet kabel, kian penting di masa PPKM saat ini. Terlepas dari keluhan yang tak jarang mewarnai layanan perusahaan, eksistensi IndiHome dalam menunjang berbagai aktivitas digital masyarakat terbilang vital. Terlebih lagi, IndiHome adalah penguasa pasar fixed broadband di Indonesia. Jika memperhatikan data Bank Dunia, dominasi IndiHome sebetulnya perlu ditantang perusahaan-perusahaan lain demi menghadirkan kualitas layanan yang lebih baik, pilihan kian beragam, dan barangkali bisa menurunkan harga bagi masyarakat. Namun memang, hal itu tak mudah bagi perusahaan swasta lainnya karena terbentur sejumlah regulasi, juga besarnya biaya investasi yang akan kami bahas dalam artikel lain di masa yang akan datang. 

Share
×
tekid
back to top