×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Penelitian Ungkap Data Pasif pada Smartphone Bisa Ungkap Potensi Gangguan Mental

Oleh: Tek ID - Sabtu, 04 Oktober 2025 20:35

Riset ungkap smartphone bisa deteksi gejala gangguan mental lewat sensor. Potensi besar untuk diagnosis, tapi bukan pengganti dokter.

Data Pasif di Smartphone Bisa Ungkap Kesehatan Mental Ilustrasi menggunakan smartphone. dok. Freepik

Peneliti menemukan bahwa sensor pada smartphone dapat secara pasif merekam perilaku pengguna yang berkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan mental, mulai dari kecemasan hingga depresi. 

Temuan ini dipandang sebagai langkah awal menuju pemanfaatan teknologi ponsel pintar untuk mendukung diagnosis dan perawatan pasien di masa depan.

Riset yang dipublikasikan di JAMA Network Open pada 3 Juli 2025 ini melibatkan tim ilmuwan dari University of Pittsburgh dan University of Minnesota. 

Mereka menganalisis data lebih dari 550 partisipan yang bersedia membagikan informasi dari ponsel mereka, seperti GPS, aktivitas fisik, waktu penggunaan layar, hingga pola tidur.

“Ini langkah penting ke arah yang benar, tapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum benar-benar bisa mewujudkan janji klinis dari teknologi ini,” ujar Colin E. Vize, asisten profesor di Departemen Psikologi University of Pittsburgh, dikutip dari Sciencedaily.

Dengan menggunakan aplikasi khusus yang dikembangkan oleh University of Oregon, tim peneliti menghubungkan data sensor ponsel dengan gejala kesehatan mental yang dilaporkan peserta melalui kuesioner. 

Hasilnya menunjukkan bahwa enam dimensi gejala, yaitu internalisasi, keterputusan, disinhibisi, antagonisme, gangguan pikiran, dan somatoform memiliki korelasi dengan data sensor tersebut.

Lebih menarik lagi, data sensor juga terkait dengan p-factor, yaitu indikator umum yang mewakili kesamaan gejala lintas berbagai gangguan mental. 

“P-factor bisa dibayangkan seperti irisan pada diagram Venn, yaitu area tumpang tindih dari semua gejala kesehatan mental,” jelas Vize.

Menurut Vize, teknologi ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran dokter, melainkan menjadi alat tambahan untuk memperkaya informasi klinis. 

“Dengan passive sensing, kita bisa mengumpulkan data tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Hal ini bisa melengkapi laporan mandiri yang sering kali tidak akurat karena kita mudah lupa,” katanya.

Meski demikian, Vize menegaskan kompleksitas perilaku manusia membuat teknologi ini hanya bisa digunakan sebagai pendukung, bukan pengganti terapi. 

“Teknologi ini mungkin dapat memperkaya kotak peralatan klinis, tapi tidak bisa menggantikan perawatan manusia.”

Temuan ini membuka jalan bagi pengembangan aplikasi kesehatan mental berbasis smartphone. 

Jika dikembangkan lebih lanjut, teknologi tersebut berpotensi memberikan pemahaman lebih akurat terhadap gejala pasien yang tidak selalu sesuai dengan kategori gangguan tertentu.

×
back to top