×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Laporan DoubleVerify 2025: 52% Konsumen Indonesian Belanja via Social Commerce

Oleh: Tek ID - Jumat, 12 Desember 2025 08:30

DoubleVerify ungkap 52% konsumen Indonesia berbelanja lewat social commerce, sementara pengiklan makin khawatir soal brand safety dan akuntabilitas iklan.

52% Konsumen Indonesian Belanja via Social Commerce Ilustrasi social commerce. dok. Freepik

Perusahaan perangkat lunak verifikasi media, DoubleVerify merilis laporan global bertajuk 2025 Global Insights: How Consumers and Marketers Use Walled Gardens yang menyoroti perubahan besar dalam perilaku konsumen Indonesia di ekosistem digital. 

Temuan utama laporan tersebut menyebutkan bahwa 52% konsumen Indonesia telah melakukan pembelian melalui social commerce dalam 12 bulan terakhir, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata Asia Pasifik (APAC) yang hanya 40%.

Laporan komprehensif itu disusun berdasarkan survei terhadap 22.000 konsumen dan 1.970 pemasar global, termasuk responden dari Indonesia. 

DV menilai sosial media kini menjadi saluran utama yang memengaruhi keputusan belanja, didorong oleh dominasi platform digital yang disebut sebagai walled gardens.

CEO DoubleVerify Mark Zagorski menegaskan daya tarik iklan digital terletak pada kombinasi komunitas, hiburan, dan pengalaman personal yang ditawarkan berbagai platform.

“Seiring pengiklan meningkatkan investasi di seluruh platform ini, mereka juga menuntut efektivitas dan akuntabilitas campaign. Kesimpulan dari Laporan Global Insights kami menjadi sangat jelas: meskipun walled gardens menjanjikan skala dan kinerja, nilai berkelanjutannya pada akhirnya bergantung pada transparansi dan kepercayaan,” ujarnya.

Hasil laporan DV menunjukkan media sosial bukan hanya kanal hiburan, tetapi sudah menjadi jalur transaksi utama. YouTube (90%), Instagram (78%), dan Facebook (72%) menjadi platform mingguan yang paling banyak diakses, mencerminkan adopsi digital yang sangat tinggi di Indonesia.

Untuk riset sebelum membeli, konsumen mengandalkan ulasan daring (64%) dan video review (55%), sementara 38% menyebut media sosial sebagai tiga alat riset utama mereka. Pengaruh influencer juga sangat kuat: 61% konsumen terpengaruh Mega Influencer, dan 63% terpengaruh Macro Influencer ketika membuat keputusan belanja.

Meski social commerce berkembang pesat, pengiklan di Asia Tenggara menghadapi tantangan besar soal pengukuran dan keamanan brand. 

Sebanyak 66% pengiklan di APAC dan 52% pengiklan SEA menyatakan kekhawatiran serius terhadap Brand Safety & Suitability dalam penempatan iklan digital mereka.

Tiga tantangan utama pengiklan SEA meliputi mencapai audiens yang benar-benar spesifik (48%), mengikuti pergerakan tren konten (42%), dan mengukur ROAS/ROI secara akurat (40%).

Meski begitu, keyakinan terhadap platform utama meningkat dalam dua tahun terakhir, terutama pada YouTube (85%) dan Instagram (70%), dengan fokus pengeluaran iklan pada tahap upper funnel seperti awareness.

Senior Enterprise Sales Director DoubleVerify di Indonesia Theodorus Caniggia menegaskan pentingnya verifikasi independen mengingat semakin kompleksnya ekosistem digital.

“Indonesia adalah pasar mobile-first dan social-first yang unik, di mana walled gardens menjadi pendorong utama ekonomi digital. Namun seiring bertambahnya peluang, kompleksitas algoritma dan reach menuntut akuntabilitas yang tinggi,” ujarnya.

Theodorus menyoroti risiko brand safety yang semakin meningkat akibat tingginya volume konten pengguna dan maraknya deepfake berbasis AI. 

Tanpa verifikasi pihak ketiga, risiko iklan tampil di konten berbahaya dapat meluas dan merusak kepercayaan konsumen.

Untuk menjawab tantangan tersebut, DoubleVerify menawarkan solusi DV Authentic AdVantage™, yang memungkinkan pengiklan mengukur kualitas media dan performa kampanye secara menyeluruh dalam lingkungan walled garden. 

Sistem ini memberikan metrik actionable terkait viewability, fraud, dan kesesuaian brand, sehingga pengiklan dapat mengoptimalkan ROI secara real-time.

×
back to top