×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

VR ubah pengobatan: Kurangi rasa sakit & kecemasan pasien

Oleh: Erlan - Sabtu, 03 Mei 2025 15:02

Teknologi Virtual Reality (VR) tidak hanya menghadirkan dunia imersif untuk gaming atau hiburan.

VR ubah pengobatan: Kurangi rasa sakit & kecemasan pasien

Teknologi Virtual Reality (VR) tidak hanya menghadirkan dunia imersif untuk gaming atau hiburan. Kini, VR menjadi alat revolusioner di bidang medis, membantu pasien menghadapi prosedur pengobatan yang menakutkan atau menyakitkan. Dari terapi luka bakar hingga kemoterapi, VR terbukti mengurangi kecemasan, nyeri, dan stres pasien secara signifikan.

Salah satu aplikasi utama VR dalam medis adalah manajemen nyeri. Dilansir dari Engadget (2/5), studi menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan VR selama perawatan luka bakar melaporkan nyeri 30-50% lebih rendah dibandingkan metode tradisional. Contohnya, SnowWorld—sebuah program VR yang menciptakan lingkungan salju interaktif—mengalihkan otak pasien dari rasa sakit dengan memicu respons visual dan sensorik. Teknik ini bahkan digunakan di rumah sakit seperti Shriners Hospitals for Children untuk perawatan luka bakar pada anak-anak.

Bagi banyak pasien, kecemasan sebelum operasi atau kemoterapi seringkali memperburuk kondisi psikologis. VR menawarkan solusi dengan menciptakan pengalaman relaksasi melalui lingkungan virtual yang menenangkan, seperti pantai atau hutan. Sebuah penelitian di RS Universitas California, Los Angeles (UCLA) membuktikan bahwa pasien kanker yang menggunakan VR sebelum kemoterapi mengalami penurunan kecemasan hingga 60%. Selain itu, anak-anak yang menjalani suntikan atau MRI bisa "berpetualang" di dunia virtual, mengurangi rasa takut terhadap jarum atau mesin medis.

VR juga mendorong partisipasi aktif pasien dalam terapi rehabilitasi. Pasien stroke atau cedera otak, misalnya, bisa berlatih gerakan motorik melalui simulasi interaktif, seperti memetik buah virtual atau bermain musik digital. Menurut Journal of NeuroEngineering and Rehabilitation, latihan berbasis VR meningkatkan motivasi pasien dan mempercepat pemulihan fungsi fisik hingga 40% dibanding terapi konvensional.

Meski menjanjikan, adopsi VR di dunia medis masih menghadapi kendala. Biaya tinggi untuk perangkat dan pengembangan konten khusus menjadi penghalang utama, terutama di negara berkembang. Selain itu, perlu pelatihan khusus bagi tenaga medis dalam mengintegrasikan teknologi ini. Namun, dengan semakin terjangkaunya harga headset VR dan riset yang terus berkembang, teknologi ini diprediksi akan menjadi standar perawatan di masa depan.

Kehadiran VR membuktikan bahwa teknologi tidak hanya tentang efisiensi, tetapi juga empati. Dengan mengurangi ketergantungan pada obat pereda nyeri dan menciptakan pengalaman pasien yang lebih positif, VR membuka jalan bagi pendekatan medis yang holistik. Para ahli meyakini, dalam 5-10 tahun ke depan, VR akan digunakan secara luas mulai dari ruang operasi hingga terapi mental, mengubah wajah kesehatan modern menjadi lebih manusiawi dan inklusif.

×
back to top