×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Teknologi genetika baru, tomat dan terong bisa jadi raksasa dan segar

Oleh: Erlan - Jumat, 07 Maret 2025 10:03

Kemajuan teknologi rekayasa gen CRISPR-Cas9 membuka pintu inovasi baru di bidang pertanian. Baru-baru ini, tim ilmuwan berhasil menciptakan tomat dan terong yang lebih besar.

Teknologi genetika baru, tomat dan terong bisa jadi raksasa
Ilustrasi

Kemajuan teknologi rekayasa gen CRISPR-Cas9 membuka pintu inovasi baru di bidang pertanian. Baru-baru ini, tim ilmuwan berhasil menciptakan tomat dan terong yang lebih besar dengan memodifikasi gen spesifik bernama CLAVATA3 (CLV3). Penelitian ini, yang dipublikasikan di New Atlas, menunjukkan bagaimana rekayasa genetik dapat meningkatkan produktivitas tanaman tanpa mengorbankan cita rasa atau nutrisi.

Gen CLV3 berperan dalam mengatur pembelahan sel di jaringan meristem tanaman—area tempat sel-sel baru terus berkembang. Pada kondisi alami, gen ini membatasi pertumbuhan buah dengan mengontrol jumlah sel yang diproduksi.

Dengan menggunakan CRISPR, para peneliti berhasil "menonaktifkan" sebagian fungsi CLV3, sehingga sel-sel pada buah terus berkembang biak lebih lama. Hasilnya, tomat dan terong yang dihasilkan memiliki ukuran hingga 30% lebih besar dibanding varietas konvensional. Menariknya, modifikasi ini tidak mengganggu karakteristik lain seperti rasa, warna, atau ketahanan tanaman terhadap penyakit.

Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah presisinya. Berbeda dengan rekayasa genetika tradisional yang mungkin menyisipkan gen asing, CRISPR hanya merekayasa bagian spesifik DNA tanaman. Hal ini tidak hanya mengurangi risiko efek samping yang tidak diinginkan, tetapi juga bisa menghindari kontroversi terkait tanaman transgenik (GMO). Bagi petani, tanaman hasil rekayasa gen ini menjanjikan peningkatan hasil panen secara signifikan, yang pada gilirannya dapat mendukung ketahanan pangan global—terutama di tengah tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi.

Namun, adopsi teknologi ini masih perlu diiringi uji keamanan jangka panjang dan regulasi yang jelas. Meskipun pengubahan gen CRISPR dianggap lebih aman, publik mungkin masih memiliki kekhawatiran terkait dampak lingkungan atau kesehatan. Selain itu, harga benih hasil rekayasa berpotensi lebih mahal, yang bisa menjadi kendala bagi petani kecil.

Penemuan ini membuktikan bahwa perubahan gen bukan hanya alat untuk memperbaiki kerusakan, tetapi juga untuk mengoptimalkan potensi alam. Jika diimplementasikan secara bertanggung jawab, inovasi semacam ini dapat merevolusi pertanian modern, menyediakan sumber pangan berkelanjutan, dan menjawab kebutuhan populasi dunia yang diprediksi mencapai 10 miliar pada 2050. Masa depan pertanian mungkin akan dipenuhi dengan buah-buahan raksasa yang lahir dari laboratorium, bukan dongeng.

×
back to top