Roket inovasi baru bisa terbang ke Mars kurang dari 4 bulan
Perusahaan teknologi antariksa asal Inggris, Pulsar Fusion, sedang mengembangkan desain roket revolusioner berbasis fusi nuklir.

Perusahaan teknologi antariksa asal Inggris, Pulsar Fusion, sedang mengembangkan desain roket revolusioner berbasis fusi nuklir yang disebut mampu memangkas waktu perjalanan ke planet lain secara signifikan. Inovasi ini diyakini bisa mengubah masa depan eksplorasi ruang angkasa, terutama misi ke Mars atau bahkan luar tata surya, yang selama ini terhambat oleh keterbatasan kecepatan roket konvensional.
Fusi nuklir, proses yang sama seperti reaksi di inti matahari, menjadi basis teknologi roket Pulsar Fusion. Berbeda dengan roket kimia tradisional yang mengandalkan pembakaran bahan bakar, roket fusi menggunakan energi dari penggabungan inti atom hidrogen menjadi helium. Proses ini menghasilkan energi jauh lebih besar dengan emisi nol karbon. Menurut simulasi Pulsar, roket ini mampu mencapai kecepatan hingga 500.000 mil per jam (804.672 km/jam)—sekitar 10 kali lebih cepat dari roket paling canggih saat ini.
Dengan kecepatan ini, perjalanan ke Mars bisa dipersingkat dari 6-8 bulan menjadi hanya 30 hari, sementara perjalanan ke Pluto yang memakan waktu 9,5 tahun dengan teknologi saat ini dapat ditempuh dalam 4 tahun, sebagaimana dilansir dari New Atlas. Angka ini membuka peluang misi berawak lebih realistis ke planet lain atau objek antariksa jauh.
Pulsar Fusion merancang "fusion chamber" berbentuk silinder dengan medan magnet canggih untuk menstabilkan plasma superpanas (hingga ratusan juta derajat Celsius). Plasma ini kemudian diarahkan melalui nozzle khusus menggunakan medan elektromagnetik, menghasilkan daya dorong yang stabil dan efisien. Teknologi ini diyakini lebih aman karena tidak melibatkan bahan radioaktif berbahaya seperti pada reaktor fisi nuklir.
Meski menjanjikan, pengembangan roket fusi masih menghadapi kendala teknis besar. Masalah utama adalah menjaga stabilitas plasma dalam waktu lama—tantangan yang juga dihadapi proyek fusi nuklir di Bumi seperti ITER. CEO Pulsar Fusion, Richard Dinan, mengakui bahwa tim membutuhkan setidaknya 4-5 tahun lagi untuk menyelesaikan prototipe skala kecil, sementara versi operasional mungkin baru terwujud pada dekade 2030-an.
Jika berhasil, roket fusi tak hanya mempercepat eksplorasi antariksa, tetapi juga mengurangi biaya misi. Satelit atau probe antariksa bisa mencapai tujuan lebih cepat dengan muatan lebih besar. Selain itu, teknologi ini berpotensi digunakan untuk membersihkan sampel antariksa atau mendukung kolonisasi planet lain.
“Ini bukan sekadar mimpi. Fusi nuklir adalah satu-satunya cara manusia bisa menjelajahi bintang-bintang dalam skala waktu yang masuk akal,” tegas Dinan.
Pulsar Fusion bukan satu-satunya pemain. NASA telah menguji konsep propulsi termal nuklir (NTP) untuk misi ke Mars, sementara China dan Rusia juga aktif meneliti propulsi berbasis nuklir. Namun, roket fusi dianggap sebagai "lompatan besar" karena menggabungkan kecepatan tinggi dan keberlanjutan.
Meski masih dalam tahap pengembangan, roket fusi Pulsar Fusion telah menyalakan harapan baru bagi umat manusia untuk menjadi spesies multi-planet. Keberhasilannya kelak tidak hanya akan merevolusi perjalanan antariksa, tetapi juga membuktikan bahwa batas-batas sains dan teknologi terus terdorong oleh ambisi dan inovasi. Seperti kata Dinan, “Langit bukan lagi batas—ini hanya awal.”