Google luncurkan FireSat: Satelit pendeteksi dini kebakaran hutan
Google bersama mitra seperti NASA dan UC Davis mengembangkan FireSat, jaringan satelit cerdas berbasis AI.

Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan global. Untuk menjawab tantangan ini, Google bersama mitra seperti NASA dan UC Davis mengembangkan FireSat, jaringan satelit cerdas berbasis AI yang dirancang mendeteksi kebakaran hutan dalam waktu 30 menit sejak muncul. Sistem ini diharapkan menjadi revolusi dalam pencegahan bencana lingkungan.
Dilansir dari New Atlas (21/3), FireSat menggunakan kombinasi sensor inframerah termal dan algoritma AI untuk memindai permukaan Bumi setiap 2-3 menit. Sensor ini mampu menangkap panas ekstrem dari titik api sekecil 10 meter persegi, bahkan melalui asap atau awan.
Data kemudian dikirim ke pusat kendali di darat, memberi peringatan real-time kepada otoritas setempat. Dibandingkan metode konvensional (laporan warga atau menara pengawas), FireSat menghemat waktu respons hingga 90%, krusial untuk mencegah kebakaran meluas.
Rencananya, lebih dari 50 satelit FireSat akan mengorbit di ketinggian rendah (LEO) untuk mencakup seluruh wilayah rawan kebakaran, termasuk area terpencil. Kolaborasi dengan lembaga antariksa memastikan integrasi data dengan sistem pemantauan cuaca dan vegetasi. Menurut Google, teknologi ini juga bisa digunakan untuk melacak kebocoran gas metana atau aktivitas vulkanik.
Kebakaran hutan tidak hanya merusak ekosistem, tapi juga melepaskan emisi karbon besar. Dengan FireSat, potensi kerugian ekonomi (miliaran dolar per tahun) dan korban jiwa bisa ditekan. Uji coba awal di California menunjukkan akurasi deteksi mencapai 98%. Jika berhasil, proyek ini akan diperluas ke negara lain, termasuk Indonesia yang sering mengalami kebakaran lahan.
FireSat menawarkan harapan baru dalam mitigasi bencana berbasis teknologi. Inovasi ini membuktikan peran kritis data real-time dan kolaborasi global untuk menyelamatkan Bumi dari krisis iklim.