×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Kiamat mini di Eropa! Pemadaman massal akibat cuaca ekstrem

Oleh: Glenn Jolodoro - Kamis, 01 Mei 2025 11:02

Sebagian wilayah Eropa mengalami pemadaman massal, yang mengakibatkan “kiamat kecil”.

Kiamat mini di Eropa! Pemadaman massal akibat cuaca ekstrem

Informasi yang datang dari belahan Eropa membuat publik terheran-heran. Sebagian wilayah Eropa mengalami pemadaman massal, yang mengakibatkan “kiamat kecil” di wilayah Spanyol, Portugal dan sebagian wilayah Selatan Perancis.

Fenomena ini mengakibatkan dampak yang sangat kolosal. CNN melaporkan bahwa sistem-sistem vital di area terdampak mendadak berhenti. Banyak warga terjebak di lift, transportasi listrik lumpuh, aktivitas kantor dan rumah sakit juga mengalami kekacauan.

Untuk negara maju yang memiliki struktur yang maju tentu hal ini mengundang pertanyaan banyak pihak. Banyak pihak yang mencurigai kelumpuhan sistem listrik diakibatkan dari serangan siber. Seperti dilansir The Guardian, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez mengatakan "osilasi kuat" akibat gangguan cariasi suhu ekstrem menjadi penyebab pemadaman listrik tersebut.

Perusahaan listrik Portugal, REN, memperkuat alasan tersebut, osilasi kuat disebabkan oleh variasi suhu yang ekstrem di pedalaman Spanyol. Osilasi ini menyebabkan gangguan di seluruh jaringan Eropa yang saling terhubung.

Apakah Dapat Terjadi di Indonesia?

Jika ditelaah lebih lanjut, pembangkit listrik yang bekerja menggunakan sistem berdasarkan kebutuhan. Melalui penyeimbang jaringan, pembangkit listrik akan mati secara automatis jika frekuensi keluar dari rentan normal.

Sistem ini bekerja karena Spanyol menggunakan pembangkit daya terbarukan. Spanyol berambisi memimpin penggunaan energi hijau. Saat ini bauran energi di Spanyol mencapai 56% dari total energi yang di produksi. Proporsi tersebut ditargetkan terus bertambah di angka 81% pada tahun 2030.

Berdasarkan rangkaian penyebab tersebut, peluang terjadi di Indonesia sangat kecil. Artinya, perubahan iklim tersebut belum menjadi resiko serius untuk sistem kelistrikan Indonesia. Apalagi bauran energi di sistem kelistrikan Indonesia masih minor, yaitu 13% dari total kelistrikan nasional.

Namun fenomena ini dapat menjadi pelajaran bagi sistem kelistrikan Indonesia di kemudian hari ketika bauran energi baru terbarukan mencapai pada rasio yang signifikan.

Pelajaran dari Pemadaman Listrik di Eropa: Antisipasi Tantangan Transisi Energi

Masyarakat dunia dikejutkan oleh insiden pemadaman listrik massal yang melumpuhkan sebagian wilayah Spanyol, Portugal, dan Prancis Selatan pada Senin, 28 April. CNN melaporkan dampak sistemik yang mirip dengan blackout dalam film-film distopia: warga terjebak di lift, kereta listrik lumpuh, rumah sakit dan aktivitas perkantoran terganggu.

Kejadian ini memantik pertanyaan kritis: Bagaimana mungkin Spanyol dan Portugal “kecolongan” terhadap sistem yang sangat vital? Spekulasi awal mengarah pada serangan siber, tetapi penjelasan resmi dari Perdana Menteri Portugal, Luis Montenegro melalui The Guardian, justru menyoroti penyebab alami: "osilasi kuat" akibat variasi suhu ekstrem. Analisis perusahaan listrik Portugal (REN) memperkuat ucapan Luis, gangguan terjadi karena fluktuasi cuaca ekstrem di pedalaman Spanyol yang merambat ke jaringan Eropa yang terintegrasi.

Akar Masalah: Tantangan Jaringan Listrik di Era Energi Terbarukan

Georg Zachmann, seorang peneliti senior di Bruegel, sebuah lembaga riset di Brussels, mengatakan sistem tersebut telah mengalami “pemutusan daya secara berjenjang dari pembangkit listrik”, ketika frekuensi jaringan turun di bawah standar Eropa yaitu 50 Hz. Saat frekuensi listrik menyimpang dari rentang normal akibat fluktuasi cuaca, pembangkit mati secara otomatis untuk mencegah kerusakan, tetapi justru memicu efek domino. Gangguan tersebut kemudian dengan cepat menyebar ke negara tetangga karena jaringan yang saling terhubung.

Insiden ini mengungkap terdapat celah kerentanan pada sistem energi terbarukan yang belum sepenuhnya tahan guncangan. Spanyol, berambisi sebagai pionir transisi energi. Bauran energi hijau Spanyol telah mencapai 56% dengan target 81% pada 2030. Namun, ketergantungan pada sumber energi seperti angin dan matahari sangat dipengaruhi cuaca, menuntut teknologi penyimpanan (energy storage) dan sistem smart grid yang lebih canggih.

Apakah Indonesia Rentan Mengalami Hal Serupa?

Secara teknis, risiko serupa di Indonesia sangat kecil saat ini, karena bauran EBT baru menyentuh rasio 13,9% dari total produksi listrik Indonesia (sumber: ESDM), dengan mayoritas masih bergantung pada pembangkit fosil yang lebih stabil.

Namun, insiden ini adalah peringatan dini untuk Indonesia, terutama ketika rasio EBT terus bertambah dan semakin terintegrasi. Diketahui target EBT pada 2025 akan mencapai 23%. Oleh karena itu, pengembangan listrik berbasis EBT harus dibarengi dengan penguatan sistem grid dan penyimpanan energi.

Pemadaman di Eropa bukan sekadar insidental, melainkan cermin tantangan global dalam transisi energi. Jika komitmen pada transisi energi tetap berlanjut, maka kesiapan teknologi dan kebijakan yang antisipatif perlu dikembangkan secara bersamaan.

Tag

Tagar Terkait

×
back to top