Bos Waralaba Assassin’s Creed Mundur dari Ubisoft
Marc-Alexis Côté, tokoh penting di balik seri Assassin’s Creed, resmi mundur dari Ubisoft usai dua dekade berkarier dan restrukturisasi besar di Vantage Studios.
Waralaba Assasins Creed. dok. Ubisoft
Dunia game dikejutkan oleh kabar mundurnya Marc-Alexis Côté, sosok penting di balik kesuksesan waralaba Assassin’s Creed. S
etelah lebih dari 20 tahun berkarier di Ubisoft, Côté memutuskan untuk meninggalkan perusahaan yang membesarkan namanya di industri game global.
Kabar ini muncul hanya dua pekan setelah Ubisoft resmi menyerahkan pengelolaan Assassin’s Creed kepada Vantage Studios, entitas bisnis baru yang dimiliki bersama oleh Ubisoft dengan saham 25% dari raksasa teknologi asal Tiongkok, Tencent.
Vantage Studios kini juga akan mengawasi pengembangan dua waralaba besar lainnya, yakni Far Cry dan Rainbow Six.
- EA Tidak Rilis Game F1 26 Tahun Depan, Fokus pada Ekspansi Besar F1 25 untuk Musim 2026
- Dihantam Gugatan Keamanan Anak, Roblox Wajibkan Verifikasi Usia untuk Akses Chat Mulai Januari
- Red Dead Redemption Rilis di Mobile 4 Desember, Eksklusif untuk Pelanggan Netflix
- Game Mobile Resident Evil: Survival Unit Bakal bisa Diunduh Mulai 18 November
Karyawan Ubisoft diinformasikan mengenai kepergian Côté melalui email internal yang menyoroti pentingnya keselarasan visi antara pimpinan Vantage Studios dan tujuan inti perusahaan.
IGN melaporkan Côté sebenarnya ditawari posisi kepemimpinan di Vantage Studios, namun ia menolak tawaran tersebut.
Dalam memo internal yang diperoleh IGN, Christophe Derennes, Co-CEO Vantage Studios, mengungkapkan kekecewaannya atas keputusan tersebut.
Ia menyebut Côté memiliki “ekspektasi dan prioritas sendiri terkait pembentukan dan arah masa depan Vantage Studios.”
Sementara itu, juru bicara Ubisoft menyampaikan dalam pernyataannya:
“Setelah restrukturisasi organisasi yang diumumkan pada Maret 2025, Marc-Alexis Côté memilih untuk menempuh jalan baru di luar Ubisoft. Kami berterima kasih atas kontribusi besar yang telah ia berikan selama ini, terutama dalam membentuk identitas Assassin’s Creed seperti sekarang,” tulis juru bicata Ubisoft dalam pernyataannya.
Marc-Alexis Côté yang dikenal rekan-rekannya dengan panggilan “Mac”, bergabung dengan Ubisoft pada 2005 sebagai software engineer.
Ia kemudian menjadi lead engine programmer untuk Prince of Persia: The Forgotten Sands sebelum bergabung dalam tim pengembangan Assassin’s Creed: Brotherhood sebagai lead level designer.
Kariernya menanjak pesat ketika dipercaya menjadi game director Assassin’s Creed III, lalu senior producer Assassin’s Creed Odyssey, serta memimpin pengembangan sejumlah proyek di Ubisoft Quebec, termasuk Freedom Cry dan Syndicate.
Pada 2022, saat Ubisoft berupaya memperbarui arah naratif waralaba melalui proyek Animus Hub (yang kemudian dikenal sebagai Assassin’s Creed Infinity), Côté diangkat menjadi pemimpin keseluruhan seri Assassin’s Creed.
Ia memperkenalkan strategi jangka panjang ala Marvel Cinematic Universe, termasuk proyek ambisius seperti Assassin’s Creed Hexe yang hingga kini belum memiliki jadwal rilis resmi.
Selain dikenal sebagai pemimpin kreatif, Côté juga dikenal sebagai pembela integritas cerita Assassin’s Creed.
Pada Desember 2024, ia sempat menanggapi kontroversi publik terkait karakter Yasuke, samurai kulit hitam dalam Assassin’s Creed Shadows.
Dalam pidato emosional di ajang BAFTA Games, ia menyebut kritik yang muncul sebagai hal “menghancurkan” bagi tim pengembang, sekaligus menegaskan pentingnya keberagaman sejarah dalam narasi game.
“Assassin’s Creed selalu tentang menjelajahi spektrum sejarah manusia yang penuh warna. Menjadi setia pada sejarah berarti merangkul keberagaman perspektif manusia tanpa kompromi,” ujar Côté kala itu.
Kepergian Côté datang di saat Ubisoft tengah mengalami fase transisi besar, termasuk pembentukan Vantage Studios dan serangkaian pembatalan proyek.
Baru-baru ini, laporan menyebut Ubisoft membatalkan proyek Assassin’s Creed berlatar pasca-Perang Saudara Amerika Serikat, yang mengangkat tokoh protagonis mantan budak kulit hitam yang melawan Ku Klux Klan.
Proyek tersebut dihentikan pada pertengahan 2024 karena kekhawatiran terhadap iklim politik di AS, meski sempat dikembangkan secara awal oleh tim Ubisoft Quebec, studio yang juga dipimpin oleh Côté.
Dengan kepergian Marc-Alexis Côté, Ubisoft kehilangan salah satu arsitek kreatif yang paling berpengaruh dalam dua dekade terakhir.
Namun perusahaan asal Prancis itu optimistis tim-tim internalnya akan mampu melanjutkan fondasi kuat yang telah dibangun Côté selama ini.
“Kontribusi Côté terhadap Assassin’s Creed telah meninggalkan jejak mendalam, baik bagi tim pengembang maupun para pemain di seluruh dunia,” ujar perwakilan Ubisoft.









