Alamanda Shantika dan kariernya pasca-tinggalkan Gojek

Oleh: Lely Maulida - Kamis, 04 Apr 2019 21:35 WIB

Resmi menanggalkan posisi di Gojek pada 2016, Alamanda Shantika membangun sekolah coding bertajuk Binar Academy. Alih-alih menyesal, Ala justru bangga.

(Foto: Tek.id)

Nama Alamanda Shantika tak lagi asing di dunia teknologi, khususnya ketika geliat startup di Tanah Air memuncak. Perempuan yang akrab disapa Ala tersebut juga semakin populer setelah aplikasi buatannya bersama Nadiem Makarim - Gojek, sukses mengubah perilaku masyarakat di Indonesia dalam beraktivitas sehari-hari. Berbincang dengan Tek.id beberapa waktu lalu. Perempuan yang biasa dipanggil Ala ini mengaku telah belajar coding sejak usia 14 tahun. Oleh karenanya, dia sudah terbiasa dengan dunia teknologi yang akhirnya mengantarkan Ala kepada kariernya.

Sejumlah peran pernah diemban Alamanda Shantika, tentunya di dunia teknologi. Mengutip laman LinkedIn-nya, perempuan berkacamata ini pernah bekerja di Kartuku selama dua tahun. Kala itu, Ala juga menjadi konsultan untuk Gojek. Tepatnya saat aplikasi ride-hailing tersebut masih dibangun. Menimbang ajakan Nadiem dan potensi Gojek yang mampu membantu banyak masyarakat, Ala akhirnya memutuskan berlabuh di Gojek menjadi Vice President of Product pada Mei 2015. Selang satu tahun, Alamanda mengemban posisi lain di perusahaan yang sama sebagai Vice President, People's Journey - People and Culture. 

Namun di penghujung 2016, Alamanda Shantika membuat keputusan yang cukup menghentak. Dengan lantang dia mengatakan akan keluar dari Gojek. Padahal kala itu startup ini tengah naik daun. Bahkan, Ala belum menentukan ke mana dirinya akan berlabuh. Kepada Tek.id Ala menuturkan, dirinya memang bukan orang yang betah berada dalam zona nyaman. Apalagi dia berambisi berkarier di dunia pendidikan hingga menjadi Menteri Pendidikan yang tak begitu beririsan dengan posisinya di Gojek.

Dari Gojek ke Binar Academy

Saat berkarier di Gojek, Ala berencana melanjutkan pendidikannya ke jenjang Magister. Namun dia harus mempertaruhkan posisinya di perusahaan tersebut. Bagi Ala sendiri, risiko itu tak menjadi kendala. Dia bahkan berkali-kali meminta izin Nadiem untuk resign demi menempuh studi lanjut, tapi tak direstui. Hingga akhirnya Ala membujuk Nadiem dengan dalih untuk "mewujudkan mimpi menjadi pendidik atau Menteri Pendidikan".