Tim Cook tak akan lengser meski performanya buruk
Posisi Tim Cook sebagai CEO Apple tidak akan tergeser meski performanya buruk.
Apple tengah menghadapi periode penuh tantangan di bawah kepemimpinan Tim Cook. Tahun 2025 menjadi salah satu masa paling sulit, dengan sejumlah isu mulai dari keterlambatan peluncuran fitur Apple Intelligence hingga tekanan eksternal akibat tarif perdagangan yang menekan harga saham perusahaan.
Namun, di balik berbagai kritik dan spekulasi, posisi Cook sebagai CEO tetap kokoh, bahkan muncul kemungkinan ia akan beralih menjadi chairman dewan direksi dalam waktu dekat. Tentu saja, hal ini bukan sebuah berita baru bagi kebanyakan orang, karena Cook sudah menjabat dalam waktu yang lama di Apple tanpa ada pengganti.
Seperti diketahui, Apple Intelligence, yang diharapkan menjadi lompatan besar dalam teknologi AI, belum mampu memberikan dampak signifikan di industri. Salah satu fitur yang paling dinanti, Personalized Siri, mengalami penundaan peluncuran hingga setidaknya tahun 2026 karena kendala teknis dan kebutuhan akan standar kualitas yang tinggi. Keterlambatan ini membuat pengguna iPhone semakin mengandalkan solusi dari pihak ketiga seperti OpenAI dan Google untuk kebutuhan asisten digital mereka.
Selain itu, iOS 26 yang baru dirilis juga dinilai tidak membawa inovasi besar, meskipun menghadirkan desain baru Liquid Glass dan sejumlah peningkatan minor pada aplikasi bawaan. Kritik semakin tajam karena Apple dianggap tertinggal dalam perlombaan AI dan kurang menghadirkan produk revolusioner dalam beberapa tahun terakhir, seperti dilansir dari laman Wccftech (16/7).
Meski menghadapi tekanan, Tim Cook tetap mendapat dukungan penuh dari dewan direksi Apple, yang didominasi oleh loyalis seperti Arthur Levinson, Susan Wagner, dan Ronald Sugar. Mereka jarang mengambil tindakan yang bertentangan dengan keputusan Cook dan masih percaya pada kepemimpinannya, terutama mengingat pertumbuhan nilai saham Apple sebesar 1.500 persen sejak Cook menggantikan Steve Jobs pada 2011, meski tahun ini saham turun 16 persen akibat tarif perdagangan.