Psikologi dibalik stigma 5G membawa penyakit

Oleh: Nur Chandra Laksana - Rabu, 03 Jun 2020 11:51 WIB

Ternyata, selama ini stigma yang mengatakan bahwa 5G membawa penyakit kepada masyarakat hanyalah permasalahan psikologis.

Ilustrasi evolusi jaringan seluler (Pixabay)

Selama beberapa bulan terakhir, beberapa kalangan masyarakat di seluruh dunia menganggap kehadiran teknologi jaringan 5G membawa penyakit terhadap tubuh mereka. Bahkan, ada beberapa orang yang percaya bahwa 5G lah yang menyebabkan pandemi virus corona.

Beberapa orang mengklaim, mereka mengalami Phantom vibrations, kesulitan nafas, gatal yang tiba-tiba datang dikarenakan kehadiran pemancar 5G di sekitar mereka. Hal inilah yang berujung ke perusakan komponen 5G di beberapa negara.

Namun, saat ini masih belum didapatkan bukti ilmiah mengenai korelasi antara kehadiran 5G dengan penyakit yang muncul di masyarakat. Namun, beberapa ilmuwan percaya ini bukan kali pertama hal ini terjadi.

Gagasan tentang gejala yang tidak dapat dijelaskan adalah inti dari sesuatu yang dikenal sebagai "Intoleransi Lingkungan Idiopatik" juga sering disebut multiple chemical sensitivities (MCS) atau penyakit lingkungan.

Ini merujuk pada sekelompok gejala berulang yang dialami oleh beberapa orang yang tidak dapat dikaitkan dengan masalah medis yang didiagnosis. "Tampaknya ada tingkat dasar dalam populasi pelaporan gejala yang tidak dapat dikaitkan dengan disfungsi fisik," kata salah satu seorang profesor Psikologi Kesehatan di Universitas Leuven di Belgia, Profesor Omer van den Bergh seperti dikutip dari laman Engadget (3/6).