Perusahaan teknologi kini paling diincar penjahat siber

Oleh: Lely Maulida - Minggu, 20 Mei 2018 05:11 WIB

Kepemilikan properti intelektual yang banyak serta informasi pengguna yang juga melimpah, membuat panjahat siber mengincar perusahaan teknologi

Perusahaan teknologi tak luput dari incaran penjahat siber. Awalnya, perusahaan yang bergerak di bidang finance seperti perbankan selalu menjadi target sasaran para penjahat siber guna meraup keuntungan secara ilegal. Namun hasil riset yang dilakukan NTT Security di sepanjang tahun 2017 menemukan bahwa perusahaan finance kini mengalami penurunan dalam hal ancaman kejahatan siber.

Perusahaan teknologi selayaknya memang memahami cara pengamanan perusahaan secara digital. Namun kepemilikan properti intelektual yang banyak serta informasi pengguna yang juga melimpah, membuat panjahat siber mengincar perusahaan teknologi.

Peningkatan jumlah serangan pada perusahaan teknologi juga terjadi seiring dengan berkembangnya era digital serta tumbuh pesatnya Financial Technology (fintech). Sebagaimana diketahui, perusahaan berbasis teknologi seperti e-commerce kini memiliki fitur e-wallet yang bisa digunakan untuk bertransaksi. Inilah yang menjadikan perusahaan teknologi makin dilirik oleh penjahat siber.

"Perusahaan teknologi kan menyimpan banyak informasi, selain intelectual property. Jadi selain motivasinya duit, ya informasi. Kalau dilihat, informasi itu bisa jadi duit juga, dengan cara dijual," kata Country General Manager Dimension Data Indonesia, Hendra Lesmana dalam wawancara eksklusif dengan Tek.id.

Secara umum Hendra menyebutkan lima besar serangan siber pada industri global yaitu industri keuangan (26 persen), teknologi (19 persen), bisnis dan layanan profesional (10 persen), manufaktur (9 persen), dan retail (8 persen). Industri teknologi sendiri tercatat meningkat hingga 25 persen ketimbang tahun sebelumnya.