Panduan memilih paket data untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Oleh: Tek ID - Kamis, 03 Sep 2020 16:47 WIB

Dari sekian banyak promosi paket data PJJ, manakah yang harus dipilih peserta? Apakah ukuran untuk memilih hanya jumlah kuota dan harganya saja?

Source: Tek.id

Menyambut kebijakan pemerintah terkait subsidi kuota bagi peserta Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), para operator telekomunikasi di Tanah Air berlomba-lomba meluncurkan promosi. Telkomsel, misalnya, meluncurkan Kuota Belajar 10GB senilai Rp10. 

XL Axiata juga melakukan hal serupa dengan menghadirkan paket khusus belajar online senilai Rp1 untuk 55GB. Indosat Ooredoo juga turut membantu aktivitas PJJ dengan meluncurkan kuota belajar online Rp1 untuk 30GB. Tri Indonesia di sisi lain menghadirkan paket internet gratis 30GB untuk siswa, guru, mahasiswa dan dosen yang akan diberikan bersamaan dengan subsidi kuota internet dari Kemendikbud. Smartfren sendiri menghadirkan kuota gratis dengan besaran 35GB untuk siswa SD-SMA, 50GB untuk mahasiswa, dan 42GB untuk tenaga pengajar.  
 
Pertanyaanya, dari sekian banyak promosi tersebut, manakah yang harus dipilih peserta PJJ? Apakah ukuran untuk memilih paket data PJJ hanya jumlah kuota dan harganya saja?

Tentu saja, memilih paket data promosi PJJ hanya berdasarkan volume data dan harganya adalah tindakan keliru. Sebelum memilih paket PJJ, sebaiknya pastikan dulu kualitas jaringan operator di daerah kalian berada. Kualitas jaringan bisa diukur dengan memperhatikan kecepatan unduh, unggah, dan latensinya. Saat ini, kita bisa dengan mudah mengukur kualitas jaringan operator telekomunikasi dengan aplikasi gratis, semacam Speedtest buatan Ookla.

Pengukuran ini penting agar jangan sampai kuota besar dan murah berakhir sia-sia karena kualitas jaringan yang buruk, sehingga kalian tak bisa belajar jarak jauh.

Komisioner Ombudsman Ahmad Suadi, dikutip Republika, sudah mengingatkan Kemendikbud agar lebih bijaksana dalam memilih mitra operator telekomunikasi yang menyalurkan subsidi kuota internet kepada peserta didik dan guru. Sebab, selama ini, kualitas cakupan jaringan dari operator telekomunikasi satu dengan yang lainnya tidak sama.

Editor