OpenAI kini izinkan ChatGPT gunakan istilah militer & perang
OpenAI telah menghapus aturan yang melarang penggunaan kata atau istilah yang merujuk pada perang dan militer di aplikasinya.
OpenAI kini sudah menghilangkan aturan yang melarang penggunaan istilah perang dan militer dalam aplikasi buatannya termasuk ChatGPT. Dengan kata lain, OpenAI secara tidak langsung kini mengizinkan aplikasinya digunakan untuk keperluan militer.
Dilansir dari Tech Crunch (13/1), update aturan dari OpenAI sejatinya sudah muncul sejak 10 Januari lalu, namun ini belum banyak disadari oleh publik. OpenAI juga belum memberikan penjelasan secara spesifik terkait alasan menghapus aturan yang melarang penggunaan istilah perang atau militer dalam aplikasinya.
Terlepas itu, sebenarnya penghilangan aturan ini bukan hanya dimaknai sebagai izin untuk menggunakannya guna keperluan militer, namun bisa jadi OpenAI tidak ingin membatasi pengalaman penggunanya lagi. Jadi mulai sekarang pengguna bisa bebas mengekplorasi chatbot tersebut dan tidak lagi dibatas dengan beberapa istilah yang sengaja dilarang seperti sebelumnya.
Walau begitu, OpenAI juga masih memberlakukan aturan yang menyebut 'do not harm others' yang berarti larangan untuk menyakiti orang lain menggunakan platformnya tersebut. Artinya, meski kini sudah tidak ada lagi pembatasan soal istilah perang dan militer ini tidak secara langsung memperbolehkan penggunannya untuk memanfaatkan ChatGPT untuk keperluan mencelakai atau menyakiti orang lain.
Keputusan OpenAI atas kebijakan ini juga tidak bisa dinilai secara sempit saja sebab itu bisa jadi memiliki tujuan untuk edukasi bagi para penggunanya. Sebab justru bila ada pembatasan beberapa istlah itu dapat menggangu kinerja chatbot dalam menyediakan informasi secara menyeluruh.