Netflix digugat para investor karena dugaan penipuan jumlah pelanggan

Oleh: Zhafira Chlistina - Kamis, 05 Mei 2022 10:52 WIB

Menurut gugatan, para eksekutif di Netflix menggunakan "perangkat, skema, dan kecerdasan" untuk menipu investor, sementara mereka secara sadar menyimpan "informasi non-publik yang merugikan."

Cobaan untuk raksasa streaming Netflix datang bertubi-tubi. Setelah dilaporkan mengalami penurunan jumlah pelanggan yang cukup signifikan untuk pertama kalinya, kini perusahaan digugat oleh pemegang saham karena dituduh menyesatkan investor terkait penurunan pertumbuhan pelanggan.

Dalam laporan pendapatan Q1 2022, Netflix mendapati jumlah pelanggan anjlok untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir. Platform streaming tersebut dilaporkan kehilangan 200.000 pelanggan, turun dari total 221,84 juta pelanggan menjadi 221,64 juta. Selain itu, Netflix memproyeksikan kerugian besar di Q2, dengan prediksi penurunan 2 juta pelanggan lagi. 

Buntut dari masalah tersebut, Netflix kehilangan 35% dari nilai sahamnya, yang merugikan perusahaan dan investor dalam jumlah besar. Selain itu, Variety (5/5) melaporkan, belum lama ini perusahaan digugat karena diduga menyesatkan investor tentang penurunan pertumbuhan pelanggan selama enam bulan terakhir, yang mengakibatkan penurunan harga saham secara besar-besaran.

Gugatan yang diajukan di San Francisco merinci bahwa Netflix melanggar undang-undang sekuritas dengan merancang "pernyataan yang salah secara material dan/atau menyesatkan," dan Netflix "gagal mengungkapkan fakta material yang merugikan tentang bisnis, operasi, dan prospek perusahaan". Gugatan tersebut tidak merinci jumlah ganti rugi yang pasti, namun diajukan atas nama pemegang saham yang memiliki saham Netflix antara 19 Oktober 2021 dan 19 April 2022.

Menurut gugatan, para eksekutif di Netflix telah menggunakan "perangkat, skema, dan kecerdasan" untuk menipu investor, sementara mereka secara sadar menyimpan "informasi non-publik yang merugikan." Gugatan itu berlanjut dengan menuduh eksekutif yang sama ini membuat pernyataan yang tidak benar dan menghilangkan fakta tentang prospek masa depan perusahaan.