NASA kehilangan 4.000 karyawan program pengunduran diri
NASA menghadapi pengurangan tenaga kerja terbesar dalam sejarahnya setelah hampir 4.000 karyawan mengajukan pengunduran diri.
NASA menghadapi pengurangan tenaga kerja terbesar dalam sejarahnya setelah hampir 4.000 karyawan mengajukan pengunduran diri melalui program "Deferred Resignation Program" (DRP) pemerintahan Trump, sebagaimana dilansir dari Engadget. Program ini merupakan bagian dari upaya sistematis untuk mengurangi birokrasi federal di bawah arahan Department of Government Efficiency (DOGE) yang dipimpin Elon Musk.
Jumlah total karyawan yang mengajukan pengunduran diri mencapai 3.870 orang, terdiri dari 870 karyawan dalam putaran pertama dan sekitar 3.000 karyawan dalam putaran kedua yang berakhir pada 25 Juli 2025. Ditambah dengan 500 karyawan yang keluar melalui program attrisi normal, tenaga kerja NASA akan menyusut dari 18.000 menjadi sekitar 14.000 karyawan—pengurangan lebih dari 20 persen.
Program DRP memungkinkan karyawan yangditempatkan dalam cuti administratif berbayar hingga tanggal keberangkatan yang disepakati. NASA menawarkan masa transisi yang lebih panjang dibandingkan agensi federal lainnya, dengan beberapa karyawan dapat tetap menerima gaji hingga 9 Januari 2026, bahkan hingga 30 September 2026 untuk posisi yang dianggap penting.
Pengurangan tenaga kerja ini terjadi bersamaan dengan usulan pemotongan anggaran NASA sebesar $6 miliar atau sekitar 24 persen dari anggaran saat ini sebesar $25 miliar. Pemotongan anggaran ini akan mengurangi dana NASA menjadi sekitar $18,8 miliar—tingkat terendah sejak 1961 jika disesuaikan dengan inflasi. Divisi sains NASA akan mengalami pukukan terparah dengan pemotongan 47 persen, dari $7,3 miliar menjadi $3,9 miliar.
Sean Duffy, Menteri Transportasi yang kini juga menjabat sebagai Administrator Sementara NASA, menggantikan Janet Petro setelah Trump mencabut nominasi Jared Isaacman. Duffy menekankan pentingnya NASA dalam mencapai misi eksplorasi bulan dan Mars, meski menghadapi pengurangan signifikan.