Keamanan internet belum jadi prioritas di Asia Tenggara

Oleh: Hieronimus Patardo - Jumat, 11 Sep 2020 17:03 WIB

Sebuah studi yang dilakukan Kaspersky mengungkap bahwa keamanan internet belum menjadi prioritas bagi 3 dari 10 orang di Asia Tenggara.

Sejak beberapa bulan terakhir, kehidupan manusia mulai berubah. Semua aktivitas yang biasanya di dunia nyata kini mulai bergeser ke ranah virtual. Bukan tanpa sebab. Pasalnya pandemi yang melanda dunia memaksa manusia untuk membatasi jarak fisik mereka dengan orang lain. Sayangnya, meski menyadari peningkatan waktu online, tidak semua orang menjadikan keamanan internet sebagai prioritas. Setidaknya ada 38% orang yang mengabaikan keamanan internet selama masa pandemi.

Dalam sebuah studi yang berjudul ‘More connected than ever before: how we build our digital comfort zones’, Kaspersky mewawancarai 760 orang di Asia Tenggara. Studi ini dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana pengguna menciptakan ruang yang aman dan terhubung ke internet selama masa berdiam di rumah. 

“Studi baru kami ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna di kawasan ini sekarang menghabiskan antara lima hingga 10 jam untuk online per hari, yang tentunya bukan hal yang mengejutkan. Asia Tenggara selalu menjadi rumah bagi negara-negara dengan pengguna World Wide Web yang masih muda dan sangat aktif. Perbedaannya adalah aktivitas online kita kini dilakukan di dalam rumah, mulai dari rapat kerja, belanja, transaksi keuangan, kegiatan sekolah, komunikasi sosial, dan masih banyak lagi. Ini sekaligus menunjukkan bahwa betapa banyak manfaat dari teknologi yang telah diperoleh, serta mengajarkan kita agar dapat mengamankan jaringan rumah dari ancaman online berbahaya,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara.

Laporan Kaspersky menyebut bahwa lima aktivitas paling umum yang biasanya dilakukan responden Asia Tenggara adalah berbelanja (64%), streaming konten dan gim online (58%), bersosialisasi dengan keluarga dan teman (56%), transaksi keuangan (47%), dan mengikuti tutorial online (39%). Di antara seluruh aktivitas tersebut, 69% responden menyatakan kekhawatirannya melakukan transaksi keuangan secara online. Sementara itu, ada 62% yang merasa tidak nyaman ketika melakukan rapat secara virtual. 

Berkaitan dengan kekhawatiran responden, sebanyak 42% merasa takut kalau ada orang yang mengakses detail keuangannya. Tidak hanya itu, 37% khawatir kalau dokumen pribadi mereka dapat diakses oleh pihak ketiga, sementara 35% lainnya khawatir tentang seseorang yang dapat mengambil kendali perangkat mereka melalui koneksi internet yang tidak aman.