Kaspersky ungkap tren Ransomware global untuk 2025

Oleh: Nur Chandra Laksana - Jumat, 16 Mei 2025 19:04

Kaspersky ungkap tren Ransomware global untuk 2025

Dalam laporan terbarunya yang dirilis bertepatan dengan Hari Anti-Ransomware pada 12 Mei 2025, Kaspersky memaparkan lanskap ancaman ransomware global dan regional yang terus berkembang. Beberapa wilayah pun menjadi sasaran besar bagi para peretas untuk melancarkan aksi mereka.

Menurut data dari Kaspersky Security Network menunjukkan bahwa wilayah Timur Tengah, Asia Pasifik, dan Afrika mendominasi dalam jumlah pengguna yang menjadi target serangan ransomware, disusul oleh Amerika Latin, Eropa, dan negara-negara CIS (Persemakmuran Negara-negara Merdeka). Meski hanya 0,44% pengguna global yang terdampak, persentase ini mencerminkan sifat ransomware yang memang menargetkan korban bernilai tinggi secara spesifik, bukan menyebar secara masif.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan serangan ransomware dipicu oleh transformasi digital yang cepat, luasnya permukaan serangan, dan tingkat kesiapan keamanan siber yang bervariasi. Negara-negara berkembang dengan regulasi privasi data baru menjadi target empuk, terutama di sektor infrastruktur dan teknologi operasional. Di sisi lain, Afrika relatif jarang menjadi sasaran karena rendahnya tingkat digitalisasi, namun ancaman meningkat seiring pertumbuhan ekonomi digital di negara seperti Nigeria dan Afrika Selatan, dengan sektor keuangan, manufaktur, dan pemerintah sebagai target utama.

Amerika Latin juga mencatat aktivitas ransomware tinggi, terutama di Brasil, Meksiko, Argentina, dan Chili, dengan sektor energi, pertanian, dan ritel sebagai sasaran. Namun, kendala ekonomi dan nilai tebusan yang relatif rendah menjadi faktor pembatas bagi pelaku kejahatan. Sementara itu, wilayah CIS mencatat tingkat infeksi lebih rendah, tetapi kelompok seperti Head Mare dan Twelve tetap aktif menyebarkan ransomware seperti LockBit 3.0 untuk merusak organisasi di sektor pemerintah, manufaktur, dan ritel.

Di Eropa, serangan ransomware tetap menjadi tantangan, namun efektivitas regulasi keamanan siber serta kesadaran yang tinggi membantu menekan dampak serangan. Sektor pertanian, pendidikan, dan manufaktur kerap menjadi target, tetapi memiliki kapasitas respons yang lebih matang dibanding kawasan lain.