Kaspersky: Kesenjangan keamanan siber perlu segera diatasi

Oleh: Lely Maulida - Selasa, 14 Sep 2021 20:50 WIB

Berbagai penelitian yang dirilis selama beberapa tahun terakhir telah mencatat kesenjangan keterampilan keamanan siber global, khususnya di Asia Pasifik.

Source: Pexels

Kemampuan pertahanan siber suatu negara seringkali dibatasi oleh pengetahuan sumber daya manusianya dan kualitas kolaborasi lintas batas antara organisasi swasta dan publik di kawasan tersebut. Kesenjangan keamanan siber tersebut dinilai Kaspersky harus segera diatasi oleh para pemangku kepentingan di Asia Pasifik untuk membangun ruang siber yang lebih aman.

"Saat kita mengalami percepatan transformasi digital di era siber ini, kita menghadapi tantangan keamanan yang turut membebani akan kebutuhan sumber daya keamanan siber mumpuni. Berinvestasi dalam bakat siber dan mempromosikan kesadaran keamanan serta pendidikan digital bagi para pengguna adalah kunci kesuksesan dalam membangun keamanan siber masyarakat dan ekonomi digital yang tangguh,” kata Chris Connell, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky. 

Berbagai penelitian yang dirilis selama beberapa tahun terakhir telah mencatat kesenjangan keterampilan keamanan siber global, khususnya di Asia Pasifik. Menurut Craig Jones dari INTERPOL, hal ini kemungkinan disebabkan oleh proses digitalisasi yang masif di kawasan tersebut begitu juga risiko keamanan sibernya.

“Dengan terus meningkatnya ancaman siber dan aktivitas kejahatan siber yang berdampak pada masyarakat, sebuah paradigma baru telah muncul dalam penegakan hukum global. Salah satu tantangan utama yang diidentifikasi INTERPOL adalah kesenjangan dalam kemampuan dan kapasitas siber penegakan hukum, secara nasional, regional, dan global disaat jaringan kriminal terus memperluas infrastruktur dan aktivitasnya. Dalam rangka mengatasi tantangan tersebut, penegak hukum harus menjadi mitra terpercaya secara regional. Menjadi kolaboratif, inklusif dan terbuka akan membantu kita mengurangi kesenjangan, serta meningkatkan kemampuan dan kapasitas siber,” ujar Jones.

Profesor Li Yuxiao Wakil Presiden Chinese Academy of Cyberspace Studies menambahkan poin Jones dalam hal fokus pada strategi jangka panjang dan bersama membangun komunitas dunia siber masa depan. Li menetapkan bahwa peningkatan kapasitas siber di Asia Pasifik harus “fokus pada infrastruktur jaringan, waspada terhadap tantangan yang dibawa oleh keamanan siber, dan memperkuat pengembangan sistem pelatihan personel” seiring kawasan Asia Pasifik terus memanfaatkan kekuatan Industri 4.0.