Tanpa Google, Huawei bakal jadi apa?

Oleh: Lalu Ahmad Hamdani Hieronimus Patardo - Selasa, 04 Jun 2019 16:19 WIB

Google Services dan ekosistem yang menyokong Google Play Store dalam satu perangkat smartphone, kalau hilang, bisa menghancurkan sebuah perusahaan.

Google resmi tidak bisa bekerjasama dengan Huawei sejak Mei lalu. Berita soal masuknya Huawei ke daftar Entity List di Departemen Perdagangan dan Keamanan Amerika Serikat, menghajar bisnis Huawei dengan telak.

Kehilangan dukungan dari Google saja membuat Huawei kalang kabut. Pasalnya, sudah bertahun-tahun, tidak hanya Huawei, sebagian besar perangkat mobile bergantung pada sistem operasi Google. Sudah banyak cara dan alternatif yang coba diciptakan, namun yang mereka coba saingi bukan sekadar software, tapi sebuah ekosistem digital yang sangat besar dan berpengaruh.

Apabila ini memaksa Huawei untuk mengembangkan sistem operasi (OS) baru, maka Huawei bakal hanya seperti mengobati luka amputasi semata. Rumornya, OS baru itu bernama HongMeng OS. Kendati kabar sudah beredar, namun belum dipastikan apakah HongMeng ini sebenarnya nama kode atau memang nama aktual dari sistem operasi bikinan Huawei. 

Kabarnya, sistem operasi ini akan dapat menjalankan semua aplikasi Android. CEO Consumer Business Huawei, Yu Chengdong juga memastikan hal tersebut. Tidak heran karena pada dasarnya, Huawei memanfaatkan lisensi gratis Android Open Source Program (AOSP) untuk mengembangkannya.

Huawei nampaknya sadar betul kerepotan membangun sistem operasi dari nol. Mereka melakukan pendekatan berbeda dengan menggunakan AOSP ini. Secara teori, para pengembang hanya perlu memodifikasi lagi aplikasi mereka agar sesuai dengan HongMeng. Pembaruan aplikasi ini mutlak dilakukan para developer agar aplikasi Android lain bisa berjalan dalam versi yang lebih stabil di HongMeng OS.