Bahaya deepfake mengintai kita

Oleh: Erlanmart Hieronimus Patardo - Senin, 29 Jul 2019 13:30 WIB

Kemampuan memanipulasi wajah dan suara guna menciptakan kontroversi kini menghantui kita. Perang melawan informasi hoaks harus lebih keras dengan hadirnya deepfake.

Mengacu kepada The Week, terminologi deepfake berarti sebuah software canggih yang memungkinkan untuk mengganti wajah seseorang ke tubuh orang lain dan memanipulasi rekaman suara. Dengan demikian, deepfake mampu mengkreasi video palsu yang terlihat dan terdengar nyata.

Mengingat teknik tersebut berbasis deep learning, maka deepfake sangat terkait dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Sebagaimana pemberitaan The Conversation, proses kreasi deepfake melibatkan sumber video asli seseorang ke komputer. Selanjutnya neural network mempelajari gerakan dan ekspresi subjek dalam video sumber tersebut. Gunanya tentu untuk memetakan gambar orang lain ke dalamnya agar seolah-olah mereka sedang melakukan suatu tindakan.

Sebenarnya studio-studio Hollywood telah lama menggunakan citra yang dihasilkan oleh komputer (computer-generated imagery/CGI) untuk katakanlah membuat penampilan sekilas aktor-aktor yang telah tiada. Sebagai contoh, pada film Furious 7, Paul Walker yang meninggal sebelum film tersebut selesai penggarapannya, harus dibantu menyelesaikan adegan-adegannya dengan teknologi ini. Pakar pasca produksi video, Weta Digital secara teliti menyelesaikan aksi Paul Walker menggunakan CGI dan teknik pengompositan canggih.

Tetapi proses CGI ini mahal dan sulit. Saat ini, teknologinya telah meningkat sedemikian rupa sehingga pemalsuan visual dan audio yang sangat realistis dapat diproduksi oleh siapa saja dengan komputer rumahan berperforma tinggi.

Oleh karenanya, teknik deepfake telah disalahgunakan oknum tidak bertanggung jawab untuk membuat film porno palsu. Praktik ini pertama kali digunakan secara luas dalam produksi pornografi palsu pada akhir 2017, di mana wajah-wajah selebriti wanita terkenal telah dimanipulasi.