Kacang mete vs obesitas: Penelitian baru anti-lemak alami
Obesitas menjadi epidemi global yang memicu berbagai penyakit kronis, tetapi solusi alami mungkin tersembunyi di dalam tanaman kacang mete.
Obesitas menjadi epidemi global yang memicu berbagai penyakit kronis, tetapi solusi alami mungkin tersembunyi di dalam tanaman kacang mete. Berdasarkan penelitian yang dilaporkan New Atlas, senyawa aktif dari tanaman mete (Anacardium occidentale) terbukti menghambat akumulasi lipid dalam sel lemak (adiposit), membuka peluang terapi inovatif untuk mengatasi kelebihan berat badan dan sindrom metabolik.
Tim peneliti menemukan bahwa ekstrak kulit mete mengandung senyawa fenolik, seperti anacardic acid, yang mampu memblokir proses diferensiasi adiposit—tahap kritis saat sel pra-lemak berubah menjadi sel lemak matang. Dalam uji laboratorium, senyawa ini mengurangi penumpukan lipid hingga 50% tanpa merusak sel sehat. Mekanisme kerjanya melibatkan penghambatan enzim kunci seperti fatty acid synthase (FAS), yang berperan dalam sintesis lemak tubuh.
Kelebihan utama temuan ini adalah sumbernya yang alami dan rendah toksisitas. Berbeda dengan obat anti-obesitas konvensional yang sering memiliki efek samping seperti gangguan jantung atau pencernaan, senyawa dari mete bekerja selektif pada sel target. Selain itu, kulit mete—bagian yang biasanya dibuang sebagai limbah pertanian—kini bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan, mengurangi dampak lingkungan.
Penelitian ini juga mengungkap potensi aplikasi ganda. Selain mengontrol obesitas, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan, yang berguna untuk mengatasi resistensi insulin atau peradangan kronis pada penderita diabetes tipe 2. Uji pada hewan menunjukkan penurunan berat badan sebesar 15% dalam 6 minggu, disertai peningkatan sensitivitas insulin.
Meski menjanjikan, tantangan masih menghadang. Bioavailabilitas senyawa alami ini dalam tubuh manusia perlu ditingkatkan, karena sebagian besar bisa terurai sebelum mencapai sel target. Para ilmuwan sedang mengembangkan formulasi nano-partikel atau kombinasi dengan senyawa lain untuk mengoptimalkan penyerapan. Selain itu, dosis efektif dan keamanan jangka panjang masih harus diverifikasi melalui uji klinis.