Baterai termal bakal jadi solusi energi di masa depan

Oleh: Hieronimus Patardo - Selasa, 02 Apr 2019 11:36 WIB

Baterai termal yang dapat bekerja akhirnya berhasil diciptakan. Baterai ini diklaim mampu bertahan setidaknya selama 20 tahun dengan kapasitas lebih besar dari lithium ion.

Source: CCT

Lithium-ion saat ini menjadi pilihan utama untuk menyimpan energi dalam baterai. Bahkan Tesla pun menggunakan baterai lithium-ion sebagai sumber tenaga semua mobil listriknya. Sayangnya, baterai jenis ini memiliki batasan siklus. Seiring berjalannya waktu, lithium-ion akan mengalami penurunan kapasitas, juga keamanannya menurun karena perubahan bahan kimia di dalam elektrodanya.

Nah, menghadapi tantangan tersebut, startup lokal asal Australia berhasil menciptakan baterai termal pertama yang dapat bekerja di dunia. Perangkat ini diklaim memiliki masa hidup minimal 20 tahun dan dapat menyimpan energi enam kali lebih banyak dari lithium-ion. Harganya pun hanya sekitar 60-80 persen dari harga powerpack lithium-ion, seperti milik Tesla.

Dilansir dari NewAtlas (2/4) baterai buatan CCT (Climate Change Technologies) itu diberi nama TED (Thermal Energy Device). Klaim yang diberikan CCT cukup menggiurkan. Pasalnya, TED merupakan sarana penyimpanan energi dengan konsep modular yang dapat menerima jenis listrik, dari matahari, angin, bahan bakar fosil atau langsung dari powergrid.

Konsepnya begini, di dalam perangkat TED terdapat silikon. Nantinya CCT akan menggunakan panas untuk melelehkan silikon di ruang yang terisolasi dalam TED. Ketika dibutuhkan, energi didalamnya bisa ditarik keluar. Versi standarnya mampu menyimpan 1.2 MWh.

Tak hanya itu, kalau dibandingkan dengan ukurannya, TED mampu menyimpan energi 12 kali lebih banyak ketimbang baterai timbal dan beberapa kali lebih banyak daripada lithium ion. Instalasinya pun dapat dikustom, mulai dari 5 kWh hingga ke ukuran yang tidak terbatas. Ratusan megawatt dapat diakses secara instan dengan kontrol penuh. Bahkan TED mendukung konsep plug and play.