Steam larang game yang langgar aturan payment processor, konten dewasa jadi target

Oleh: Erlan - Jumat, 18 Juli 2025 08:08

Steam resmi menambahkan aturan baru dalam guidelines platform yang mengakibatkan sejumlah game dihapus dari toko digital terbesar di dunia ini.

Steam resmi menambahkan aturan baru dalam guidelines platform yang mengakibatkan sejumlah game dihapus dari toko digital terbesar di dunia ini, sebagaimana dilansir dari Engadget. Kebijakan terbaru menyatakan bahwa "konten yang dapat melanggar aturan dan standar yang ditetapkan oleh payment processor Steam, jaringan kartu kredit terkait, bank, atau penyedia jaringan internet" tidak diizinkan dan dapat mengakibatkan penghapusan dari platform.

Aturan ini secara khusus menyasar "jenis konten khusus dewasa tertentu" dan telah mengakibatkan penghapusan massal game-game dengan tema seksual eksplisit. Menurut data SteamDB, mayoritas game yang dihapus memiliki tema seksual yang jelas dan banyak yang mengandung kata "incest" dalam judulnya. Meski SteamDB tidak memberikan alasan resmi penghapusan, waktu penghapusan bertepatan dengan implementasi kebijakan baru ini.

Langkah Steam ini bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat payment processor konsisten menentang pembelian konten dewasa. Mastercard dan Visa memblokir penggunaan kartu mereka di Pornhub pada 2020. Tahun 2021, Mastercard bahkan menambahkan persyaratan "Speciality Merchant Registration" yang mengharuskan bank memastikan penjual konten dewasa memiliki kontrol efektif untuk memonitor dan memblokir konten ilegal.

Meski sedikit yang protes atas penghapusan game seperti Sex Adventures - Incest Family, kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran tentang "normalisasi diam-diam sensor finansial". Beberapa pengguna Steam khawatir jika institusi keuangan raksasa diberi kekuasaan menentukan konten yang pantas, hal ini dapat berdampak pada game reguler di masa depan.

Pengguna juga menyoroti bahwa "konten queer sering ditandai sebagai 'eksplisit' meski rating PG", menciptakan kekhawatiran diskriminasi berbasis orientasi seksual. Beberapa menyebut kebijakan ini sebagai "kuda Trojan" yang terlihat tidak berbahaya namun berpotensi membahayakan kebebasan konten.