Review Army of the Dead, mitologi zombi yang menguras emosi

Oleh: Zhafira Chlistina - Selasa, 11 Mei 2021 21:00 WIB

Film zombi oleh Zack Snyder yang sudah disiapkan sejak 10 tahun lalu berhasil mengemas mitologi baru tentang zombi.

Source: Netflix

Tidak pernah terbayangkan film bergenre zombi akan menjadi seemosinal ini. Bukan dari sisi pemeran manusia, melainkan dari zombi itu sendiri. Itulah kesan terdalam yang Saya rasakan selama menonton Army of Dead. Dipadu dengan alunan musik The Gambler oleh Kenny Rogers, film besutan Zack Snyder ini membuka wawasan baru tentang mitologi zombi.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, film ini berawal dari ide Snyder tentang zombi yang berevolusi. Jadi, wajar saja jika film nantinya menampilkan gelagat zombi yang lebih dinamis dan tidak stagnan.

Sejak Army of the Dead dimulai, kebakaran, tabrakan, serta pembunuhan keji oleh zombi sudah ditampilkan. Adegan pertama menceritakan bagaimana kota Las Vegas dapat berubah menjadi kota mati berisi mayat hidup. Pemilihan Vegas sebagai latar tempat film sendiri memiliki filosofi tertentu dan isu sosial yang ada. Menurut Snyder, kota itu telah mengubah manusia menjadi zombi. Dan ia ingin menyampaikan pesan melalui film bahwa manusia lebih buruk daripada zombi.

“Kami ingin berfokus pada bagaimana wabah zombi akan memengaruhi mereka yang dirampas hak-haknya dan bagaimana pemerintah dapat menggunakan sesuatu seperti wabah zombi untuk merenggut kebebasan tertentu,” kata Snyder dalam wawancara yang digelar Netflix (6/5).