sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
Senin, 18 Sep 2017 18:07 WIB

Ngobrol dengan bos kata.ai, otak di balik tren chatbot di Indonesia

Menurut Irzan Irzan Raditya CEO kata.ai, chatbot akan kian populer dalam waktu dua hingga tahun mendatang.

Kita belum terlalu familiar dengan chatbot. Istilah ini agaknya memang terdengar terlalu geek, walau barangkali sebagian dari kita sudah terbiasa ngobrol dengannya. Tapi, seperti kata Shakespeare, apalah arti sebuah nama. Kita terima saja istilah itu apa adanya.

Kita perlu mencari tahu lebih banyak ihwal chatbot dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga, tentu saja, bagaimana ia mengubah lanskap industri di masa yang akan datang. Tak ada sosok yang lebih tepat untuk ngobrol mengenai hal itu selain Irzan Raditya, CEO kata.ai. Wajar kalau Anda tak mengenal Irzan, juga kata.ai, tetapi mestinya Anda mengenal Veronika, asisten virtual milik Telkomsel yang saban hari melayani ribuan konsumen di GraPari Virtual. Irzan dan kata.ai turut berperan dalam merancang Veronika itu.

Kata.ai adalah perusahaan rintisan teknologi yang fokus mengembangkan Artificial Intelligence (AI) dan menciptakan layanan chatbot bagi perusahaan di Indonesia.

Sebelum kata.ai, Irzan dan teman-temannya sudah terlebih dahulu memperkenalkan asisten pribadi melalui Yes Boss. Sayangnya, layanan semacam itu tampaknya tak terlalu cocok untuk pengguna individu. Karena itu, mereka banting setir, dan menutup Yess Boss pada Oktober 2016.

Kami bertemu dengan Irzan di gelaran Social Media Week Jakarta, Kamis (14/9). Dialah otak di balik pembuatan layanan chatbot Unilever dan Telkomsel yang muncul belakangan di aplikasi messenger, seperti LINE. Kami pun menemui pemuda cemerlang ini untuk berbicara mendalam soal masa depan chatbot di Indonesia.

"Platform kata.ai ini kami buat untuk membangun chatbot Bahasa Indonesia dengan mudah. Ada program khusus yang dikembangkan kata.ai untuk mencapai targetnya, yakni menggunakan teknologi Natural Language Processing (NLP)," katanya.

Program ini mengerti sekali Bahasa Indonesia sehari-hari, pola singkatan-singkatan sampai bahasa slang. "Buat bayangan saja, kalau Bahasa Inggris itu untuk kata ganti orang pertama atau saya kan cuma I. Bahasa Indonesia kalau texting bisa saya, sy, w, g, gue, aku, sampai aku yang pakai 'q' juga ada. Jadi itulah kenapa kita berpendapat pasar chatbot di aplikasi messengger Indonesia itu sangat menarik.”

Lalu, darimana permintaan akan layanan semacam ini muncul?

Kita tahu, banyak perusahaan yang mencanangkan transformasi digital. Salah satunya dengan hadir secara aktif di media sosial. Mereka punya banyak followers. Sayangnya, sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan ribuan atau jutaan followers itu terlalu besar. Akibatnya, komunikasinya cuma one way. 

Celah inilah yang ditangkap chatbot. Ia bisa menciptakan engagement two ways. Robot ini bisa dimanfaatkan buat marketing, mengumpulkan data, bahkan bisa buat orang belanja.

"Misalnya, Jemma yang kami buat untuk Unilever, bisa tahu kalau Irzan itu sebuah nama. Dia belajar kalau Irzan itu nama laki-laki. Bahkan, dia bisa bertanya balik tempat tinggal kita. Sampai-sampai kalau kita bertanya, Jemma gue bosen nih enaknya ngapain ya? Jemma bisa jawab, nonton film aja. Biasanya, dia nawarin nonton drama ya, karena target market Jemma kan cewek," kata Irzan.

Hasilnyanya, "seorang" Jemma mampu melayani 180 juta percakapan.

"Almost 200 million dalam waktu kurang lebih 9 bulan. Ada yang 2 jam non-stop ngobrol sama Jemma loh. Jumlah pelanggan yang dilayani Jemma selama ini sudah serve 1,4 juta pelanggan," kata Irzan.

Apa artinya? apakah perusahaan tak akan membutuhkan lagi customer service?

Kata, Irzan, masa depan tak seseram itu. AI memang sudah ada, tapi belum secanggih itu. Jadi, ketika bot-nya enggak mengerti, idealnya dia bisa oper ke customer service.

"Kedua, banyak yang berpikir mesin ini bisa buat apa saja, tapi sebenarnya it's better to focus on one to three (services:red)," ujar Irzan.

Bicara soal peluang ke depan, Irzan menyinggung siklus teknologi consumer, yang terjadi tiap sepuluh tahun. Contohnya, era dotcom dari 1997-1998 sampai 2007. Siklus kemudian berganti saat Apple merilis iPhone pada tahun 2007. Semua orang mengakui, iPhone mengubah ekonomi digital, terutama berkat Apps Store

Dari 2007-2017 banyak sekali muncul perusahaan-perusahaan yang bernilai menjadi miliaran dollar seperti Go-Jek, Traveloka, Tokopedia.

"Sepuluh tahun ke depan, prediksi analis, It is all about AI. AI is the new UI," kata Irzan.

Dengan kata lain, kita bukan bergantung pada layar perangkat lagi, tapi akan secara nyaman komunikasi lewat suara dan teks dengan kecerdasan buatan. Dari situ, kita dapat informasi, barang, dan layanan yang kita butuhkan.

Terus, kenapa chatbot-chatbot buatan kata.ai lahir dalam karakter wanita? Apa karena foundernya laki-laki semua?

"Ini karena 80% klien kami memesan karakter wanita. Ya sudah, kita tawarkan chatbot wanita saja," katanya.

Sejauh ini, kata Irzan, animo perusahaan terhadap chatbot tergolong tinggi. Sebab, ini bisa menjadi solusi efisien bagi mereka. Perusahaan yang paling antusias menyambut layanan ini adalah telko, banking, asuransi, dan lain-lain.

"Prediksi kami Chatbot bakal jadi mainstream dalam dua tiga tahun ke depan," ujar Irzan.

Yang menarik, kata.ai tak bermaksud bermain sendiri di area ini. Mereka berencana membuka platform-nya kepada pengembang aplikasi mulai bulan depan. Dengan demikian, pengembang bisa membuat chatbot secara mandiri.

"Akan ada versi gratisnya juga, tapi ada limitasi-limitasi tertentu. Karena teknologi akan berguna kalau terjangkau oleh semua kalangan masyarakat," ujar Irzan.

Selain untuk bisnis, bukan tidak mungkin chatbot ini akan mengarah ke hal lain, seperti edukasi. Justru, kata Irzan, kata.ai memanfaatkan perusahaan yang menjadi mitra bisnisnya untuk mengedukasi pasar. 

"Banyak contoh-contoh pengguunaan chatbot di luar sana. Beberapa perusahaan ada yang menggunakan chatbot untuk belajar bahasa. Bayangan saya ke depannya, kita bisa buat Chatbot untuk belajar ujian masuk kuliah, ujian kelulusan SMA," katanya.

Share
×
tekid
back to top