sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
Senin, 29 Apr 2019 13:57 WIB

Vivo Apex 2019: Akankah jadi gambaran ponsel masa depan?

Vivo belum lama ini memamerkan Vivo Apex 2019. Ponsel ini merupakan gabungan inovasi yang dibuat Vivo untuk smartphonenya di masa depan.

Vivo Apex 2019: Akankah jadi gambaran ponsel masa depan?
Source: Patardo/Tek.id

Vivo baru saja menggelar sebuah acara bersama dengan rekan media pada Jumat (26/4). Dalam acara itu, diperkenalkan Vivo Apex 2019. Sebagaimana diketahui, seri Apex merupakan seri yang dibuat khusus untuk memperkenalkan inovasi yang dilakukan oleh Vivo. Lihat saja pada generasi sebelumnya, dimana brand asal Cina ini memperkenalkan teknologi pop-up camera dan in-display fingerprint sensor.

Nah, kali ini konsep yang ditawarkan Vivo terbilang cukup berani. Pasalnya Vivo Apex 2019 hadir dengan desain tanpa slot dan tombol sama sekali. Saya pun berkesempatan untuk sedikit merasakan bagaimana pengalaman menggunakan ponsel tanpa tombol tersebut.

 

Desain berani

Seperti saya bilang, desainnya cukup berani. Benar saja, bodinya mulus. Tanpa ada tonjolan atau lubang sama sekali. Bodinya berbalut kaca, membuatnya tampil mewah tapi sangat rentan terhadap minyak dan kotoran dari tangan saya. Saking mulusnya, grill speaker yang biasanya tersemat di layar pun dihilangkan oleh Vivo. Well, agak sedikit telanjang menurut saya. Namun kalau sudah terbiasa, saya merasakan betapa menariknya desain yang ditawarkan Vivo Apex 2019 ini.

Di bagian belakang ada dua buah kamera, yang sepertinya tidak terlalu menjadi fokus di Vivo Apex 2019. Sementara itu kamera depan tampaknya absen pada perangkat satu ini. Hmm...cukup berani!

Nah fungsi tombol yang sebelumnya ada di bagian samping digantikan dengan teknologi yang Vivo namakan Touch Sense. Sekilas memang mirip dengan tombol kapasitif pada ponsel keluaran tahun 2014 ke bawah, namun dengan tambahan “klik” dan getaran yang terasa saat tombol (entah harus disebut tombol atau bukan) ditekan. Posisinya masih sama persis seperti tombol power dan volume pada kebanyakan ponsel Android.

Saat dipegang, saya cukup kaget karena ponsel ini punya bobot lumayan berat. Namun ada nilai positifnya. Genggaman saya terasa mantap ketika memegang Vivo Apex. Satu nilai plus untuk Vivo Apex.

Absennya tombol power dan volume di bagian samping akhirnya membuat Vivo memberikan petunjuk virtual lokasi tombol tersebut. Awalnya saya berpikir bahwa petunjuk tersebut bisa diakses sebagai alternatif tombol fisik, ternyata tidak. Saya harus mengaksesnya dari bagian samping bodi. Saat ditekan, tombol tersebut memberikan feedback berupa “klik” dan getaran kecil. Sayangnya saya belum terbiasa dengan cara tersebut. Buntutnya, agak sulit menggunakan ketiga tombol itu, apalagi tombol volume yang frekuensi aksesnya tidak sesering tombol power.

Desain tanpa tombol yang dihadirkan pada Vivo Apex 2019 disebut dengan Super Unibody Design.

Satu hal lain yang belum ditemukan terdapat pada smartphone kebanyakan adalah fingerprint sensor yang terdapat pada seluruh layar Vivo Apex 2019. Vivo menamainya Full-Display Fingerprint Sensor. Seperti kita tahu, Vivo pernah memperkenalkan cakupan in-display fingerprint sensor yang lebih luas pada versi sebelumnya. Toh meski begitu, nyatanya teknologi tersebut belum diterapkan pada produk komersial Vivo.

Konsep ini lebih nyeleneh lagi. Saya bisa membuka layar dengan meletakkan jari di area layar mana saja. Baik di atas, bawah, agak ke kiri atau kanan, layar tetap bisa dibuka tanpa halangan. Memang sih masih menggunakan optical sensor, namun performanya bisa diacungi jempol.

Hal lain yang menarik adalah saya tidak perlu lagi memusingkan posisi jari yang harus presisi seperti ketika mendaftarkan jari saya. Meski dalam kondisi terbalik, sidik jari saya bisa dibaca dengan baik. Vivo juga menawarkan opsi untuk menggunakan dua sidik jari sekaligus. Inovatif sekaligus menjanjikan keamanan lebih bagi penggunanya! Nilai plus lagi untuk Vivo.

Untuk menggunakan sensor sidik jari ini, saya harus memberi sedikit tekanan pada layar. Usut punya usut, hal itu dilakukan agar tangan saya tidak sengaja membuka layar ketika menyentuhnya. Pasalnya, sensornya terletak hampir di seluruh bagian layar. Sensor ini baru tidak bekerja ketika saya mencoba membuka kunci dari sudut-sudut layar.

Suara cetar membahana

Teknologi lain yang dipamerkan adalah Body SoundCasting. Dari namanya, kita bisa disimpulkan kalau Vivo mengakali bodi Vivo Apex 2019 agar dapat menyalurkan suara dari ponsel. Untuk urusan telepon, suara disalurkan oleh bodi depan. Sebaliknya, untuk multimedia, bodi belakang akan menjadi sarana untuk menyalurkan suara dari ponsel.

Saya menjajal untuk memainkan sebuah lagu dari YouTube. Hasilnya mengejutkan. Suaranya yang dihasilkan terbilang nyaring, bahkan tidak kalah dengan produksi suara dari grill speaker. Model ini sebenarnya punya keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya, tidak ada grill speaker yang menjadi tempat bersarangnya debu. Kemudian dengan peletakan yang tepat, suaranya dapat disalurkan lebih besar lagi melalui material berbahan keras dan datar. Ini juga menjadi kelemahan. Jika diletakkan di atas material berbahan lembut, suaranya menjadi berkurang drastis.

Namun perlu diperhatikan, sejauh pengamatan saya, power yang dihasilkan memang kuat, namun detailnya tampak berkurang. Rupanya, frekuensi tinggi masih menjadi andalan untuk loudspeaker pada kebanyakan ponsel, termasuk juga di Vivo Apex 2019 ini. Saya sih lebih menyarankan untuk menggunakan headset bluetooth untuk mendapatkan detail musik yang lebih baik.

 

Siap-siap bawa charger kemana saja

Saya sudah bahas di atas, kalau bodi Vivo Apex 2019 benar-benar mulus. Tidak ada tonjolan atau lubang sama sekali. Artinya, port USB yang biasanya digunakan untuk charging tidak akan tersedia. Nah Vivo menggantikannya dengan pin konektor di bagian belakang.

Sekilas model ini mengingatkan saya pada Motorola Moto Z beberapa tahun silam. Kalau pada Motorola pin tersebut digunakan untuk mod tambahan, di Vivo Apex 2019, pin ini digunakan untuk charging. Konektornya akan diperkuat dengan magnet untuk menjaga agar perangkat charger tidak mudah lepas.

Kekuatan magnetnya membuat saya terkesima. Meski diangkat, charger tidak terlepas dari ponsel. Magnetnya memiliki kutub berlainan, sehingga saya tidak bisa memasang charger dengan posisi terbalik.

Konsepnya memang unik, tetapi membuat saya berpikir dua kali untuk menggunakannya. Pasalnya, kalau memang teknologi itu pasti hadir di perangkat komersial, artinya pengguna tidak akan mendapatkan back up charger dari perangkat lain dalam kondisi darurat. Alangkah bijaknya kalau Vivo mau juga menyematkan teknologi wireless charging sebagai alternatif charging di saat darurat. Kalau tidak...hmmm susah juga ya!

Terlepas bagaimana kelebihan dan kekurangan yang dimiliki Vivo Apex 2019, perangkat ini sejatinya hanya sebuah purwarupa. Semua teknologi itu tidak akan langsung disertakan dalam satu perangkat saja. Itulah yang ditekankan oleh Hadie Mandala, Product Manager Vivo Indonesia. Namun pada intinya, kita patut acungkan jempol untuk Vivo yang berani bereksperimen dengan inovasi. Semoga saja, teknologi-teknologi di Vivo Apex 2019 bisa rilis pada produk komersial Vivo dalam waktu dekat.

Share
×
tekid
back to top