Usia tambah tua, tambah mudah membagikan berita palsu
Hasil studi yang mengungkap bahwa lansia berusia 65 tahun lebih mudah membagikan berita palsu ketimbang rentang umur lainnya.
Berita palsu kerap menghantui warganet. Berdasarkan hasil riset, terungkap bahwa lansia cenderung lebih membagikan berita palsu ketimbang usia muda.
Sebuah penelitian dilakukan untuk menjawab kecenderungan penyebaran berita palsu. Penelitian ini berangkat dari kemenangan Donald Trump di pemilu Amerika Serikat 2016 silam. Skandal tersebut memanfaatkan berita palsu untuk menggiring warga agar memilihnya.
Temuan bahwa lansia memiliki kecenderungan membagikan berita palsu, membantu pengguna media sosial dan pengelola platform agar merancang desain yang lebih efektif guna mencegah warganet tersesat oleh berita palsu.
Lembaga riset YouGov melibatkan 3500 responden untuk meneliti perilaku mereka sebelum dan sesudah pemilihan presiden Amerika Serikat. Responden terdiri dari pengguna dan non pengguna Facebook. Hasilnya menunjukkan bahwa 49 persen responden yang menggunakan Facebook tidak keberatan untuk membagikan data profil mereka.
Hanya 8,5 persen saja dari responden yang pernah membagikan berita palsu, setidaknya satu kali. Nah, dari total itu, sebagian besar didominasi oleh lansia di atas 65 tahun, sisanya di rentang usia 18-29 tahun. Parahnya lagi, pengguna Facebook berusia lebih dari 65 tahun dapat membagikan berita palsu dua kali lebih banyak dari pengguna di rentang usia 45-65 tahun.
Jika sudah begini, isu mengenai berita palsu mesti diperhatikan dengan lebih serius. Pasalnya dampak berita palsu dapat menyebar ke berbagai sektor dan merugikan orang banyak.
