Tarif import sah diberlakukan pemerintah AS, saham Apple merosot
Dalam sebuah kabar terbaru, saham Apple dikabarkan turun dengan disahkannya tarif impor 104% kepada Tiongkok.

Saham Apple kembali merosot setelah laporan resmi mengonfirmasi bahwa pemerintahan Donald Trump akan memberlakukan tarif 104% terhadap barang-barang asal Tiongkok mulai 9 April 2025. Kabar tersebut memicu kekhawatiran investor, terutama karena Apple sangat bergantung pada rantai pasok dari China untuk lini produk seperti iPhone.
Menariknya, selama lima hari terakhir, saham Apple telah turun hingga 18,5%. Setelah sempat menguat tipis pada perdagangan siang berikutnya, tapi apesnya harga saham langsung berbalik turun hingga 2,91%, menjatuhkan valuasi pasar Apple menjadi USD2,65 triliun atau sekitar Rp42.552 triliun.
Nilai ini mendekati nilai pasar Microsoft yang kini mencapai USD2,67 triliun atau sekitar Rp42.756 triliun. Saham Apple kemudian sempat pulih sekitar 2%, namun kembali tertekan hingga minus 2,6%, mencerminkan tingginya volatilitas pasar seperti dilansir dari laman Wccftech (9/4).
Reporter Fox Business, Edward Lawrence, melaporkan bahwa Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt telah mengkonfirmasi penerapan tarif sebesar 104% pada seluruh produk impor dari Tiongkok. Langkah ini diambil setelah Tiongkok membalas dengan tarif 34% atas produk Amerika, memicu retaliasi dari Presiden Trump.
Dalam unggahan media sosial, Trump menyebutkan bahwa jika Tiongkok tidak mencabut tarif pembalasan pada 8 April 2025, maka AS akan menambahkan tarif 50% tambahan pada hari berikutnya. Namun, Leavitt menyampaikan bahwa Presiden AS masih berharap pada kemungkinan kesepakatan antara AS dan Tiongkok.
Tarif tinggi ini langsung menekan saham Apple karena sekitar 90% produksi iPhone bergantung pada pabrik di Tiongkok. Analis menyebutkan bahwa tekanan ini akan berdampak langsung terhadap harga jual iPhone dan margin keuntungan perusahaan.
Namun demikian, laporan menyebutkan bahwa Apple telah menggencarkan ekspansi manufaktur di India dan Brasil untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. Selain itu, Apple juga berinvestasi besar dalam manufaktur di AS, sejalan dengan dorongan pemerintah untuk memproduksi di dalam negeri.
Tapi, pemerintah AS mengungkapkan bahwa mereka tidak menutup kemungkinan untuk bernegosiasi dengan pihak Tiongkok. Leavitt menyampaikan bahwa Trump akan "ramah" jika Presiden Xi Jinping dan pemerintah Tiongkok ingin membuat kesepakatan. Tetapi, hingga saat ini belum ada tanda-tanda resmi dari Beijing terkait langkah berikutnya.