×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Tak kejar performa, chipset Apple A19 lebih kejar efisiensi

Oleh: Nur Chandra Laksana - Senin, 23 Juni 2025 19:02

Tidak seperti para pesaingya, Apple lebih fokus ke efisiensi baterai dibanding performa.

Tak kejar performa, chipset Apple A19 lebih kejar efisiensi

Apple kembali menunjukkan strategi berbeda dalam perlombaan chip smartphone. Tahun ini, Apple dikabarkan lebih memprioritaskan efisiensi dibandingkan kejar-kejaran angka benchmark tertinggi, seperti kebanyakan produsen chipset mobile lainnya yang berlomba-lomba menghasilkan angka benchmark tertinggi.

Rumor terbaru dari tipster Fixed Focus Digital di Weibo mengungkapkan, chipset A19 dan A19 Pro yang akan menghiasi iPhone 17 series memang bisa saja setara dengan Snapdragon 8 Elite 2 dari Qualcomm dalam hal performa mentah, namun Apple memilih fokus pada optimalisasi daya tahan baterai — bukan sekadar mengejar skor tertinggi.

Dilansir dari laman Phone Arena (23/6), Chipset Apple A19 Pro yang diproduksi dengan proses TSMC N3P (3 nanometer generasi ketiga) ditargetkan meraih skor Geekbench 6 di atas 4.000 untuk single-core dan lebih dari 10.000 untuk multi-core. Angka ini melonjak sekitar 15% dibandingkan A18 Pro di iPhone 16 Pro dan 16 Pro Max, yang sebelumnya meraih skor 3.539 (single-core) dan 8.772 (multi-core). Meski demikian, performa ini masih sedikit di bawah Snapdragon 8 Elite 2 yang dikabarkan mampu menembus 4.000+ (single-core) dan 11.000+ (multi-core).

Namun, keunggulan utama Apple terletak pada efisiensi. Chip A19 dan A19 Pro memiliki skor Instructions Per Cycle (IPC) yang lebih tinggi dibandingkan Snapdragon 8 Elite 2. Artinya, meski kecepatan jamnya lebih rendah, chip Apple mampu mengerjakan lebih banyak tugas per siklus, sehingga konsumsi daya jadi lebih hemat dan baterai lebih awet. Pendekatan ini sangat relevan untuk iPhone 17 Air yang bakal sangat tipis—ketebalan hanya sekitar 5,5 mm—dan kapasitas baterainya hanya sekitar 2.800 mAh, salah satu yang terkecil di kelasnya.

Dilansir dari laman Phone Arena (23/6), strategi fokus pada efisiensi ini bukan tanpa alasan. Apple sadar, pengguna smartphone modern kini lebih membutuhkan daya tahan baterai yang panjang, terlebih di era AI dan komputasi berbasis cloud yang membutuhkan daya besar. Dengan efisiensi tinggi, iPhone 17 series tetap bisa menjalankan tugas berat tanpa harus membebani baterai secara berlebihan, sekalipun kapasitasnya terbatas seperti pada iPhone 17 Air.

Sementara itu, kompetitor seperti MediaTek dan Qualcomm justru berfokus pada performa tertinggi. MediaTek Dimensity 9500 dan Snapdragon 8 Elite 2 sama-sama diproduksi di node 3nm TSMC, dan keduanya menargetkan skor benchmark yang lebih tinggi dari A19 Pro, terutama di multi-core. Namun, keunggulan performa ini kerap diimbangi dengan konsumsi daya yang lebih besar, sehingga daya tahan baterai menjadi tantangan tersendiri.

Di sisi lain, Samsung Foundry tengah bersiap menjadi pemain kunci dengan chip Exynos 2600 berbasis proses 2nm. Jika produksi berhasil dengan yield di atas 60%, Exynos 2600 akan menjadi chip smartphone 2nm pertama di dunia dan menggerakkan Galaxy S26 dan S26+ pada awal 2026. Ini akan menjadi lompatan besar di industri, mengingat Apple selama ini kerap menjadi yang pertama meluncurkan smartphone dengan proses terbaru.

Tag

Tagar Terkait

×
back to top